Ramai Emiten Terbitkan Saham Baru, Bagaimana Potensinya Tahun Ini?

Agung Samosir|KATADATA
bursa saham
Penulis: Ihya Ulum Aldin
5/3/2021, 19.54 WIB

Memasuki bulan ketiga 2021, beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia menyiapkan rencana aksi korporasi, salah satunya penambahan modal dengan memesan efek terlebih dahulu (rights issue). Di tengah masih mewabahnya Covid-19, bagaimana potensi aksi penggalangan modal tersebut tahun ini?

Head of Investment information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM menilai aksi korporasi tersebut bisa mewarnai perdagangan pasar saham bulan ini. "Akan menjadi peluang bagi investor, momentum-momentum ini bisa dimanfaatkan memperoleh profit," katanya dalam sesi diskusi, Kamis (4/3).

Beberapa emiten yang berencana rights issue, di antaranya PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang akan menerbitkan 7 miliar saham baru dan waran sebanyak 91,9 miliar. Meski begitu, FREN belum menyampaikan rasio penerbitannya. Perseroan telah mengantongi izin RUPS yang digelar 2 Maret lalu.

Emiten lain, PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) juga berencana melakukan penerbitan saham baru sebanyak 34 miliar unit saham. Perusahaan bakal meminta persetujuan menjalankan aksi korporasi ini dalam RUPS pada 15 Maret mendatang.

Berikutnya, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang juga berencana menerbitkan saham baru sebanyak 14,4 miliar unit saham dengan target dana mencapai Rp 1,8 triliun. Cumdate dari rencana aksi korporasi ini dijadwalkan pada 23 Maret mendatang.

PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) juga menjalankan aksi korporasi berupa penerbitan saham baru sebanyak 5,9 miliar unit saham dengan target dana Rp 1,2 triliun karena harga pelaksanaanya Rp 200 per saham. Periode pelaksanaan rights issue ini mulai hari ini hingga 15 Maret mendatang.

Berikutnya, ada PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang tengah menjalankan proses penerbitan saham baru sebanyak 3 miliar unit saham dengan target dana Rp 7,05 triliun karena harga pelaksanaanya Rp 2.350 per saham. Raupan dana jumbo ini membuat modal Bank Jago meroket menjadi Rp 8,25 triliun.

Berbagai aksi korporasi yang terjadi di sepanjang bulan ini, bisa menjadi salah satu alasan transaksi di pasar saham bakal meningkat. Roger memprediksi rata-rata nilai transaksi saham di bursa pada bulan ini bisa mencapai Rp 15 triliun per hari.

"Kami melihat, walaupun indeks bergerak terbatas, untuk emiten-emiten terkait, saya pikir masih ada peluang untuk memperoleh profit," ujarnya.

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan aksi korporasi tersebut bisa berefek positif untuk emiten. Aksi ini bisa memacu kinerja fundamental emiten, karena bisa melakukan ekspansi. Selain itu, dengan tambahan modal, emiten bisa menyehatkan neraca keuangan.

Meski begitu, rencana aksi korporasi ini juga memiliki risiko di tengah volatilitas pasar saham. Risiko tersebut berupa mutasi virus membuat penanganan pandemi Covid-19 menjadi semakin kompleks dan jika pelaksanaan program vaksinasi terkendala.

Kendala lainnya yang bisa mempengaruhi pelaksanaan aksi korporasi ini yaitu bayang-bayang perlambatan pertumbuhan ekonomi. berbagai sentimen negatif tersebut bisa mempengaruhi perlambatan kinerja emiten.

"Sehingga permintaannya bisa turun dan emiten lebih cenderung menerapkan efisiensi bisnis dibandingkan ekspansi," kata Nafan kepada Katadata.co.id.

Sudah Punya Pembeli Siaga

Menurut Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, proses penambahan modal tidak terpengaruh oleh masih adanya volatilitas di pasar modal saat ini. Yang terpenting adalah sudah mendapat komitmen dari pembeli siaga yang mengeksekusi saham baru tersebut.

"Kalau diperhatikan, beberapa perusahaan yang mau rights issue itu sudah ada standby buyer-nya. Artinya pemegang saham lama mau eksekusi atau dijual sudah ada yang mau beli rights itu," kata Rudiyanto.

Sebagai contoh, Bank Jago yang telah mendapatkan komitmen dari pemegang saham lama yang bersedia mengeksekusi sebagian haknya. PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia memiliki hak untuk memperoleh 1,12 miliar unit saham. Pemegang saham ini bahkan menyatakan memiliki dana yang cukup dan akan mengambil 42,6 juta saham senilai Rp 100,11 miliar.

Pemegang saham Bank Jago lainnya, PT Dompet Karya Anak Bangsa (Gopay) memiliki hak untuk memperoleh 664,8 juta unit saham Bank Jago. Gopay pun menyatakan memiliki dana yang cukup dan akan melaksanakan sebagian haknya, yaitu 560 juta saham dengan jumlah sebesar Rp 1,31 triliun.

Kedua pemilik Bank Jago tersebut menandatangani perjanjian konfirmasi dengan GIC Private Limited untuk mengalihkan sisa porsi HMETD tersebut. Jumlahnya sebesar 1,19 miliar saham. GIC menyatakan memiliki dana yang cukup sebanyak-banyaknya US$ 225 juta atau setara dengan Rp 3,15 triliun.