Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kuartal kedua 2021 diperkirakan membaik dari kinerja indeks pada kuartal I kemarin yang hanya tumbuh tipis 0,11%. Hal ini ditopang oleh potensi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang dianggap signifikan.
“Untuk kuartal II 2021, kinerja IHSG berpotensi lebih baik dari kuartal pertama karena proyeksi pertumbuhan PDB yang cukup signifikan sekitar 7% akibat ekonomi yang sudah mulai membaik dibanding kuartal II 2020 tergolong rendah akibat dampak dari pandemi Covid-19,” ujar Analis PT Sucor Sekuritas Hendriko Gani kepada Katadata.co.id, Kamis (8/4).
Selain sentimen positif potensi pertumbuhan ekonomi, Hendriko Gani mengatakan, kinerja IHSG kuartal kedua juga dipengaruhi momentum puasa dan Lebaran yang berpotensi menjadi katalis positif pergerakan indeks.
Meski demikian, dampak momentum Lebaran terhadap ekonomi nasional tak akan sebesar tahun-tahun sebelum terjadi pandemi Covid-19. Pasalnya, tahun ini pemerintah membuat larangan mudik Lebaran bagi seluruh masyarakat di Indonesia.
Dari sisi eksternal, kebijakan stimulus keuangan yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan rencana kenaikan pajak korporasi AS juga dianggap berpotensi menjadi katalis positif bagi IHSG sepanjang kuartal kedua.
“Kedua kebijakan AS itu memberikan potensi foreign inflow (arus modal asing masuk) untuk negara berkembang, salah satunya Indonesia,” kata Hendriko.
Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami memprediksi kinerja IHSG sampai akhir tahun ini bisa mencapai level 6.820, setara dengan rasio kapitalisasi pasar terhadap total laba atau price to earning(P/E) 17,4x.
Sepanjang kuartal I 2021 lalu, IHSG hanya meningkat tipis 0,11% dibanding akhir tahun lalu. Pada akhir kuartal yakni perdagangan 31 Maret 2021, indeks terpaksa ditutup di bawah level 6.000, tepatnya 5.985.
Selama tiga bulan pertama tahun ini, IHSG sebenarnya sempat menyentuh level tertinggi hingga 6.436 pada 13 Januari 2021 atau melonjak 7,63% dari level indeks akhir tahun lalu. Tepat pada hari itu diketahui pemerintah memulai program vaksinasi Covid-19, di mana Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang menerima vaksin.
Namun, pada perdagangan terakhir Januari 2021, IHSG ditutup di level 5.862 atau turun 1,95% dibandingkan akhir tahun lalu. Level tersebut, merupakan indeks terendah sepanjang kuartal I 2021.
Setelah itu, kinerja IHSG berangsung-angsur naik. Puncaknya pada 3 Maret 2021, IHSG sempat berada di level 6.376 atau meningkat 6,65% dibandingkan akhir tahun lalu. Sayangnya, di akhir Maret 2021, IHSG kembali mengalami penurunan.
Hendriko menjelaskan kinerja IHSG kuartal pertama dipengaruhi optimisme terhadap pemulihan ekonomi awal tahun. Namun pergerakannya cenderung terbatas dan melemah di akhir Januari akibat peningkatan kembali jumlah kasus positif Covid-19.
“Pada Februari kemarin IHSG bergerak disokong oleh pergerakan emiten-emiten berkapitalisasi sedang hingga kecil serta saham-saham bank digital seperti ARTO dan AGRO yang mengalami kenaikan signifikan. Apalagi saham ARTO jadi salah satu penghuni 10 besar market caps,” ujar Hendriko.
Anugerah menambahkan sepanjang kuartal I 2021, mayoritas saham-saham berkapitalisasi besar anjlok. Penurunan imbal hasil (return) IHSG khususnya terjadi pada Maret yakni mencapai 4,11%
“Sentimen kurang mendukung dari kondisi global, mulai dari yield [imbal hasil], kekhawatiran inflasi melonjak, US economy overheat [ekonomi AS memanas], juga ketakutan kasus Covid-19 gelombang ketiga di Eropa, serta pertumbuhan PDB kuartal I Indonesia yang menjadi kekhawatiran investor,” katanya.
Meski IHSG pada tiga bulan pertama 2021 hanya naik tipis, namun kinerja indeks jauh lebih baik dibanding kuartal pertama 2020 ketika terkoreksi hingga 27,95% dan menyentuh level 4.538 pada penutupan perdagangan 31 Maret 2020.
Bahkan, IHSG sempat berada pada titik terendah di level 3.937 pada 24 Maret 2020 atau mengalami penurunan 37,49% dibandingkan akhir tahun sebelumnya. Level IHSG pada hari tersebut, merupakan level terendah sepanjang 2020.
Penurunan signifikan tersebut disebabkan pandemi Covid-19 yang mulai menyerang Indonesia. Pada 2 Maret 2020, pemerintah mengumumkan ada dua orang yang terkena virus tersebut.