PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) pengelola waralaba ritel Alfamidi menganggarkan belanja modal Rp 1 triliun pada 2021. Sebagian besar anggaran dialokasikan untuk membuka 200 gerai baru tahun ini, sisanya untuk mengelola dan merenovasi gerai yang sudah ada.
Hingga Maret tahun ini, perseroan sudah membuka 63 gerai Alfamidi atau sudah merealisasikan sekitar 31% dari target tersebut.
"Mudah-mudahan (target) bisa tercapai, kami optimis apalagi program vaksinasi sudah berjalan," kata Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan Alfamidi Suantopo Po dalam paparan publik di Tangerang, Kamis (6/5).
Perseroan mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai Rp 1 triliun yang berasal dari dana kas internal. Sekitar 60% dari capex tersebut, bakal digunakan untuk pengembangan gerai baru yang sudah masuk rencana tahun ini.
Sisanya akan digunakan untuk perpanjangan sewa, renovasi gerai dan gudang yang sudah ada. Pasalnya, ada toko yang masa sewanya sudah habis, tapi masih berpotensi yang bagus sehingga masa sewanya diperpanjang. Selain Alfamidi, perseroan juga mengelola Alfamidi Super dan Lawson.
Berdasarkan wilayah, Midi Utama berencana membuka sebagian besar atau 70% gerai baru di Sulawesi atau Maluku. Pasalnya, tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah Indonesia Timur lebih tinggi dari Sumatra atau Jawa selama pandemi Covid-19.
"Kami berusaha mengikuti alur seperti itu, dan memang itu secara performa cukup bisa mendukung pertumbuhan Alfamidi secara keseluruhan," katanya.
Berdasarkan geografisnya pada 2020, 37% gerai milik Midi Utama berlokasi di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Lalu, 20% lainnya di Jawa selain Jabodetabek. Lalu 21% gerai dibuka di Sulawesi.
Suantopo mengatakan, beberapa gerai Alfamidi berpeluang bertransformasi menjadi Alfamidi Super jika lahan di sekitarnya disewakan untuk bisa dikembangkan. Alfamidi Super membutuhkan luas bangunan yang besar, yakni mencapai di atas 500 m2.
Perusahaan mengaku tidak memiliki target khusus pada pembukaan gerai Lawson karena melihat kondisi saat ini, di mana okupansi perkantoran masih rendah karena kebijakan bekerja di rumah (work from home).
"Jadi kami masih mengerem, masih melihat kondisi jadi tidak ada suatu target khusus," kata Suantopo.
Ekspansi Lawson Tak Agresif
Seperti diketahui, sepanjang 2020 jumlah gerai baru yang dibuka oleh perusahaan baik Alfamidi, Alfamidi Super, maupun Lawson sebanyak 263 gerai menjadi sebanyak 1.889 gerai atau naik 16% dari total gerai tahun sebelumnya sebanyak 1.626 gerai.
Jika dirunut lebih detail, penambahan jumlah gerai tahun lalu paling banyak adalah Alfamidi sebanyak 257 gerai menjadi 1.795 atau meningkat 17% dibandingkan jumlah pada 2019 yang sebanyak 1.538 gerai.
Sementara itu, penambahan gerai Alfamidi Super tahun lalu sebanyak sembilan gerai. Sehingga totalnya mencapai 26 gerai atau mengalami pertumbuhan hingga 53% dibandingkan jumlah pada tahun sebelumnya 17 gerai.
Sedangkan Lawson yang sejak 2018 lalu dikelola Midi Utama, membuka 3 gerai baru sepanjang tahun lalu. Meski begitu, Midi Utama menutup 6 gerai sehingga jumlahnya menjadi 68 gerai pada 2020 atau turun 4% dari total tahun sebelumnya 71 gerai.
Suantopo mengatakan, penutupan gerai tersebut disebabkan masa sewa yang habis. Hal tersebut disebabkan, kondisi pandemi Covid-19 membuat banyak kantor yang okupansinya turun dan penumpang kereta berkurang. Fokus Lawson adalah di perkantoran atau public utility seperti stasiun.
"Jadi tahun lalu banyak konsolidasi tidak agresif untuk Lawson," kata Suantopo.