Ada IPO GoTo dan Bukalapak, BEI Akan Jadi Peringkat Teratas Bursa Asia
IPO GoTo dan Bukalapak direncanakan digelar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini. Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, prospek initial public offering (IPO) atau penawaran saham beberapa startup masih diproses. BEI tengah berdiskusi intensif dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemangku kepentingan untuk merumuskan regulasi.
Regulasi tersebut, nantinya memungkinkan para startup melakukan penawaran umum saham di bursa Tanah Air. “Mudah-mudahan, tahun ini satu atau dua startup dapat melantai di BEI,” kata Inarno dalam pembukaan ETFest 2021 secara daring, Jumat (11/6).
Kabar IPO startup gabungan Gojek dan Tokopedia (GoTo) sudah marak diperbincangkan. Namun rencana tersebut kabarnya masih terkendala ketentuan BEI terkait klasifikasi papan pencatatan saham. Selain itu, Bukalapak dikabarkan bakal IPO di awal Agustus dan mengkaji merger perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC).
Sepanjang 2021, terdapat 17 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI dengan nilai pengumpulan dana (fundraising) mencapai Rp 3,4 triliun. Pertumbuhan tersebut mendorong jumlah perusahaan di bursa menjadi 729 perusahaan
Dibandingkan bursa Asia lainnya, Indonesia diklaim masih menjadi bursa dengan jumlah IPO terbanyak. Inarno menyampaikan pada “EY Global IPO Trend Report Q1 2021”, Indonesia masuk dalam 10 besar bursa dengan aktivitas pencatatan saham tertinggi di dunia dalam tiga tahun berturut-turut. Bahkan, jumlah IPO di BEI masih jadi yang tertinggi di antara bursa Asia sepanjang 2021 ini.
“Pertumbuhan ini diharapkan masih dapat berjalan positif di 2021, karena kami masih ada pipeline 22 calon perusahaan tercatat yang masih dalam proses,” ujarnya.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2021 atau year to date (ytd) naik 1,95%. Inarno menambahkan, sejak November 2020 nilai transaksi efek terus berada di kisaran rekor Rp 8 triliun hingga Rp 12 triliun per hari.
Dirut BEI optimistis perkembangan pasar modal 2021 masih positif, disertai harapan pemulihan ekonomi. Hal tersebut tercermin dari tingginya aktivitas perdagangan di BEI dalam tiga bulan terakhir, di mana rata-rata perdagangan harian melampaui Rp 13 triliun per hari. Jumlah tersebut melonjak hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir di level Rp 7,4 triliun per hari.
Selain itu, BEI mencatatkan lonjakan frekuensi transaksi yang mencapai 1,2 juta per hari, sekaligus yang tertinggi di kawasan Asia dalam tiga tahun terakhir. Selanjutnya, volume perdagangan di BEI juga mencatatkan lonjakan dengan transaksi harian melebihi 18 miliar lembar saham.
Inarno menjelaskan, lonjakan transaksi perdagangan dipengaruhi tren positif pertumbuhan investor pasar modal di Tanah Air. Hingga Mei 2021, jumlah investor mencapai 2,4 juta investor saham dan 5,37 juta investor pasar modal. Jumlah tersebut meningkat 42% untuk investor saham dan 38% pada investor pasar modal dari akhir 2020.
“Kami melihat pesatnya pemanfaatan teknologi di era new normal memberi dampak positif bagi pertumbuhan investor setahun terakhir,” katanya.
Adapun rata-rata jumlah investor yang aktif bertransaksi hingga akhir Mei 2021 mencapai 203,4 ribu investor per hari atau tumbuh 113% dari rata-rata tahun sebelumnya yakni 94,7 ribu investor. Bahkan, aktivitas transaksi investor retail berkontribusi 48,4% dari total rata-rata nilai transaksi harian Rp 9,2 triliun di tahun lalu.
“Persentase ini melonjak untuk pertama kalinya di atas 40% dalam 5 tahun terakhir dan berlanjut di 2021. Ddominasi investor retail semakin terlihat dengan porsi mencapai 60% per akhir Mei 2021,” ujarnya.