Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara atau suspensi perdagangan saham PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) mulai Kamis (1/7) hari ini. Hal itu dilakukan karena terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham emiten perbankan milik Grup Salim tersebut.
Sebelum penghentian sementara perdagangan, harga saham Bank Ina berada di level Rp 5.575 pada penutupan perdagangan Rabu (30/6) kemarin. Harga saham milik Anthoni Salim itu melonjak signifikan dalam beberapa waktu terakhir.
Dalam sepekan, saham BINA naik 5,69%, bahkan meroket 230% dalam kurun perdagangan sebulan terakhir. Dalam periode tahun berjalan atau year to date (YtD), saham BINA melesat hingga 707%. Lonjakan harga saham terbesar terjadi dalam perhitungan enam bulan terakhir, yakni mencapai 713%.
"Dalam rangka cooling down, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT Bank Ina Perdana Tbk pada 1 Juli 2021," ujar Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Lidia M. Panjaitan dalam pengumuman BEI, Rabu (30/6).
Suspensi perdagangan saham emiten berkode saham BINA itu dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai. Tujuannya, memberi waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya.
Sebelumnya, Bank Ina Perdana berencana menambah modal dengan menerbitkan saham baru melalui skema dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Dalam penawaran umum terbatas III ini, perusahaan berencana menerbitkan 2 miliar saham dengan nominal Rp 100 per saham. Aksi korporasi tersebut telah disepakati para pemegang saham dalam rapat umum yang berlangusng 16 Juni lalu.
Pada awal 2000, Anthoni Salim menjadi pemegang saham pengendali terakhir (PTSP) Bank Ina, sementara perusahaan afiliasinya PT Indolife Pensiontama menjadi pemegang saham pengendali (PSP) perusahaan.
Hal itu dilakukan setelah Pieter Tanuri melalui perusahaan afiliasinya, PT Philadel Terra Lestari mengundurkan diri sebagai PSP dan PTSP Bank Ina Perdana.