Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan evaluasi daftar emiten pada 5 indeksnya, yaitu IDX30, LQ45, IDX80, JII, dan JII70. Dari hasil evaluasi tersebut, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) ditetapkan menjadi penghuni baru langsung di indeks-indeks tersebut.
Berdasarkan surat Pengumuman Evaluasi Fast Entry Indeks yang diterbitkan Bursa pada Kamis (22/9), daftar dan jumlah saham yang digunakan dalam penghitungan indeks tersebut akan efektif berlaku pada 29 September 2021.
Pada indeks IDX30, saham BUKA masuk sebagai konstituen yang berefek pada keluarnya saham PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) dari indeks tersebut. Saham BUKA juga masuk LQ45 yang berefek pada keluarnya PT Summarecon Agung (SMRA).
Begitu pula saham BUKA yang masuk IDX 80 yang membuat saham PT LinkNet Tbk (LINK) terdepak. Dari ketiga indeks ini, Bursa menghitung rasio free float saham BUKA ada di level 41,44%.
Free float adalah jumlah saham yang dapat ditransaksikan pada pasar reguler. Bisa diartikan juga sebagai persentase saham dari suatu emiten bursa yang bisa ditransaksikan oleh masyarakat.
Saham BUKA juga masuk pada indeks JII dan JII70. Pada indeks JII, saham BUKA masuk menggantikan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Sedangkan pada indeks JII70, saham BUKA menggantikan PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ).
Pada indeks JII dan JII70, Bursa melakukan penyesuaian tahap 2 jumlah saham penghitungan indeks, yaitu menerapkan saham free float + 40% saham non-free-float serta batasan bobot (cap) sebesar 140%.
Berdasarkan penilaian Bursa, rasio free float + 40% saham non-free-float BUKA di level 64,87%. Sementara, batasan bobot saham BUKA pada indeks JII 21% dan pada JII70 12.,6%.
Keputusan Busa memasukan saham Bukalapak langsung ke lima indeks, membuat pelaku pasar merespon positif. Tercatat harga saham Bukalapak naik 4,71% menjadi Rp 890 per saham pada Kamis (23/9) setidaknya hingga sesi pertama.
Saham Bukalapak diperdagangkan dengan volume sebanyak 399,35 juta unit saham, dengan nilai transaksi Rp 351,74 miliar, dan frekuensi 17.613 kali. Nilai kapitalisasi pasar Bukalapak saat ini Rp 91,73 triliun.
Bukalapak masuk ke pasar saham pada 6 Agustus 2021 lalu melalui skema penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Nilai penawarannya mencapai Rp 21,9 triliun, terbesar sepanjang sejarah.
Nilai IPO Bukalapak berasal dari penawaran sebanyak 25,76 miliar unit saham biasa yang mewakili 25% dari seluruh modal setelah IPO. Harga saham yang baru yang ditawarkan kepada masyarakat tersebut senilai Rp 850 per saham.
Bukalapak diketahui masih mencatatkan rugi bersih Rp 766,23 miliar sepanjang semester I 2021. Meski begitu, jumlahnya menyusut 25,33% dari jumlah kerugian pada periode sama pada tahun lalu yang mencapai Rp 1,02 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, unicorn pertama yang melantai di BEI ini mengantongi pendapatan neto Rp 863,62 miliar dalam enam bulan pertama 2021. Pendapatan tersebut tumbuh hingga 34,67% dari raihan omzet neto pada semester I-2020 sebesar Rp 641,28 miliar.
Pendapatan Bukalapak mayoritas masih berasal dari marketplace, yakni sebesar Rp 529,18 miliar. Jumlah itu tumbuh 4,42% dibanding periode sama tahun lalu Rp 506,77 miliar.
Kenaikan signifikan berasal dari pendapatan mitra yang dalam enam bulan pertama tahun ini, yakni mencapai 349% menjadi Rp 289,81 miliar dari sebelumnya Rp 65,47 miliar. Namun, pendapatan dari BukaPengadaan tercatat menyusut 36,29% menjadi Rp 44,62 miliar dari semula Rp 70,03 miliar.