Penjualan Tanah Lesu, Pendapatan Jababeka Turun 10%

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/hp.
Jababeka mencatatkan, penurunan terbesar terutama terjadi pada penjualan tanah dari Kendal atau sebesar 56% dari realisasi Januari-September 2020 senilai Rp 628,5 miliar menjadi Rp 274,8 miliar.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
10/11/2021, 07.58 WIB

Perusahaan pengembang lahan industri, PT Jababeka Tbk mencatatkan pendapatan pada Januari-September 2021 turun 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 1,65 triliun. Penurunan kinerja ini  terutama disebabkan oleh lesunya bisnis pengembangan lahan dan properti.

Emiten berkode KIJA ini  memiliki tiga lini bisnis utama, yakni pengembangan lahan dan properti, infrastruktur, dan leisure & hospitality. Perusahaan mencatatkan , pendapatan bisnis pengembangan lahan dan properti merosot paling dalam mencapai 35% menjadi Rp 644,5 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

"Penurunan pendapatan ini terutama disebabkan oleh lemahnya kinerja penjualan tanah matang yang turun dari Rp 699,8 miliar pada tiga kuartal pertama 2020 menjadi Rp 323 miliar," kata Corporate Secretary KIJA Muljadi Suganda dalam keterangan resmi, Selasa (9/11/2021).

Jababeka mencatatkan, penurunan terbesar terjadi pada penjualan tanah dari Kendal atau sebesar 56% dari realisasi Januari-September 2020 senilai Rp 628,5 miliar menjadi Rp 274,8 miliar. Sementara itu penjualan tanah dari Cikarang turun 35,48% menjadi Rp 46 miliar.

Penurunan pendapatan tersebut tertahan lantaran lini bisnis infrastruktur naik 22% secara tahunan sepanjang Januari-September 2021 menjadi Rp 938,8 miliar. Pertumbuhan ini didorong dari pendapatan listrik yang naik 26% karena peningkatan utilisasi di kawasan industri.

Selain itu, pendapatan dari infrastruktur dry port tercatat naik 20% secara tahunan. Hal itu disebabkan oleh peningkatan pergerakan kontainer berukuran 20 kaki (TEU) sebanyak 20% dari 44.847 TEU menjadi 54.197 TEU hingga kuartal ketiga 2021.

Sementara itu, pendapatan dari infrastruktur air bersi, air limbah, dan pengelolaan kawasan industri naik 15% lantaran ada peningkatan volume penggunaan air bersih sekitar 9%.

Di sisi lain, pendapatan dari bisnis leisure & hospitality naik 7,94% menjadi Rp 69,3 miliar dari realisasi periode yang sama tahun lalu senilai Rp 64,2 miliar. Pertumbuhan itu disebabkan oleh peningkatan segmen bisnis lapangan golf yang tumbuh 6,66% menjadi Rp 44,8 miliar.

Akibat penurunan pendapatan pengembangan lahan, laba kotor perseoran tercatat turun 16%  menjadi Rp 634,7 miliar sepanjang Januari-September 2021. Meski demikian, penurunan margin laba kotor dapat ditahan di level 38% atau hanya turun 3% lantaran berhasil tertahan oleh pertumbuhan pendapatan pada lini bisnis infrastruktur.

Walaupun pendapatan turun, rugi bersih KIJA tercatat membaik dari Rp 171,1 miliar sepanjang Januari-September 2020 menjadi Rp 128,2 miliar. Perbaikan ini disebabkan oleh selisih kurs senilai Rp 75,8 miliar, atau lebih rendah 70,32% dari rugi kurs perseroan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 255,4 miliar.

Penurunan pendapatan dan laba kotor tetap berdampak pada pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) KIJA. EBITDA perseroan tercatat turun 26,49% dari Rp 609,5 miliar pada tiga kuartal pertama 2020 menjadi Rp 448 miliar.

Reporter: Andi M. Arief