Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan kenaikan pada hari ini dan mencoba kembali menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di Rp 6.689 pada 19 Februari 2018.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova memastikan pergerakan IHSG akan menguat hari ini. Indeks akan melanjutkan pola wave [v] setelah menembus resistance di level 6.6.87. "Target terdekat dari wave [v] akan berada di level 6.743, sementara target berikutnya di level 6.852," kata Ivan dalam risetnya, Kamis (11/11/2021).
Ia memperkirakan titik resistance pada hari ini akan berada di posisi 6.687, 6.743, dan 6.825. Sementara itu, titik support akan berada di level 6.650, 6.592, dan 6.550.
Seperti diketahui, support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, harga umumnya akan kembali tumbuh karena peningkatan pembelian. Jika harga terus melemah, harga akan terus menurun untuk menemukan titik support baru.
Sebaliknya, resistance adalah tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya akan ada aksi jual cukup besar hingga laju pertumbuhan harga tertahan.
Ivan pun merekomendasikan investor untuk hold atau trading buy pada tiga emiten, yakni PT Bank Central Asia (BBCA), PT XL Axiata (EXCL), dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS).
Selain itu, Ivan merekomendasikan hold atau buy on weakness pada dua emiten, yaitu PT Aneka Tambang (ANTM) dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI). Kedua emiten tersebut diramalkan akan bergerak bearish pada hari ini.
Senada, Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper meramalkan IHSG akan bergerak menguat pada hari ini. Secara teknikal candlestick, IHSG akan membentuk higher high dan higher low dan indikator stochastic yang melebar setelah membentuk goldencross.
"Pergerakan IHSG masih akan didukung rilis kinerja emiten per kuartal ketiga 2021. Dari global, investor akan terus memantau perkembangan terkait tingkat inflasi Amerika Serikat," ucap Dennies.
Amerika Serikat mencatatkan inflasi pada Oktober mencapai 6,2% secara tahunan, tingkat tertinggi dalam 30 dekade. Lonjakan inflasi AS semakin memperkuat rencana The Fed untuk memulai tapering off dengan mengurangi pembelian obligasi pada akhir bulan ini.
Adapun Dennies merekomendasikan para investor untuk memerhatikan beberapa emiten pada hari ini, yakni Wijaya Karya (WIKA), PP London Sumatra Indonesia (LSIP), dan Bumi Serpong Damai (BSDE).
IHSG ditutup menguat pada Rabu (10/11/2021) sebesar 0,56% ke level 6.683,14 setelah berfluktuasi sepanjang hari. Sementara itu, bursa saham Wall Street rontok tadi malam akibat data lonjakan inflasi. Dow Jones turun 0,66%, S&P 500 0,82%, dan Nasdaq 1,63%.