PT Bank Neo Commerce Tbk mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, Kamis (18/11). Target perolehan dana aksi korporasi tersebut Rp 2,5 triliun.
Direktur Utama Bank Neo, Tjandra Gunawan, mengatakan tujuan rights issue salah satunya memenuhi modal inti yang ditetapkan OJK minimal Rp 2 triliun pada akhir tahun ini. Angka tersebut akan naik menjadi Rp 3 triliun pada akhir 2022.
Per September kemarin, modal inti bank berkode saham BBYB ini Rp 1,02 triliun. Melalui right issue dengan target Rp 2,5 triliun, modal inti Bank Neo Commerce atau BNC bisa meningkat menjadi lebih dari Rp 3 triliun, melebihi ketentuan yang ditetapkan OJK.
"Hal ini sebagai bentuk keseriusan BNC dan untuk mempercepat akselerasi transformasi menjadi bank digital terdepan di Indonesia,” kata Tjandra melalui siaran pers, Senin (22/11).
Penambahan modal akan diprioritaskan untuk investasi berkelanjutan pada teknologi informasi. Langkah yang ditempuh dengan pengembangan aplikasi neobank milik Bank Neo seperti pengembangan fitur dan layanan perbankan yang inovatif.
Dana rights issue juga akan digunakan untuk mendukung kinerja operasional bank, di antaranya pengembangan dan rekrutmen karyawan, kegiatan promosi, dan edukasi tentang bank digital. Bank Neo pun hendak memperkuat rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
“Raihan modal hasil aksi korporasi ini tentu saja sangat penting bagi perkembangan fitur, layanan, dan produk BNC," ujar Tjandra.
Tjandra mengatakan, ke depan, BNC akan terus berinovasi untuk memberikan pengalaman unik perbankan digital. BNC akan fokus pada inovasi dan terobosan, berfokus pada interaksi antar-nasabah.
Dalam rights issue ini, BNC mengeluarkan sebanyak-banyaknya 1,92 miliar saham baru yang akan dicatatkan ke Bursa Efek Indonesia. Jumlah tersebut setara 25,71% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Harga pelaksanaan rights issue tersebut Rp 1.300 per saham. Sehingga seluruh berjumlah aksi korporasi ini sebanyak-banyaknya Rp 2,5 triliun.
Setiap pemegang saham yang memiliki 35 lembar saham pada 30 November 2021 pukul 16.00 WIB mempunyai sembilan hak saham. Rights issue ini diperdagangkan mulai 2 Desember hingga 8 Desember 2021.
Seperti diketahui, startup teknologi finansial pembiayaan alias fintech lending, Akulaku atau PT Akulaku Silvrr Indonesia resmi mengakuisisi 24,9 % saham BNC per Jumat (19/11). Aksi korporasi tersebut diumumkan dalam keterbukaan informasi bank dengan kode saham BBYB tersebut, Sabtu (20/11).
"Perseroan, Akulaku, dan PT Gozco Capital sebagai Pemegang Saham Pengendali Perseroan sebelumnya telah menandatangani Akta Pengambilalihan No. 13 tanggal 17 November 2021, di Jakarta Selatan,” kata Corporate Secretary Bank Neo, Agnes Fibri Triliana dalam keterangannya.
Di samping itu, Bank Neo juga mengumumkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait kelayakan Akulaku menjadi pemegang saham pengendali. Informasi tersebut disampaikan dalam Keputusan Anggota Dewan Komisioner OJK no. KEP 175/D.03/2021.