Gedung Cyber Kebakaran, Aktivitas Tiga Broker Saham di BEI Terganggu

ANTARA FOTO/ Reno Esnir/foc.
Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/1/2021).
Penulis: Lavinda
2/12/2021, 15.55 WIB

Insiden kebakaran di Gedung Cyber I, Mampang, Jakarta Selatan, yang terjadi pada pukul 12.25 WIB, Kamis (2/12) hari ini, menyebabkan aktivitas tiga perusahaan perdagangan efek mengalami kendala

Gedung Cyber I merupakan lokasi penyimpanan pusat data (data center) sejumlah perusahaan, termasuk para anggota bursa. Namun, Lokasi kebakaran terpisah dari Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berada di SCBD Sudirman, Jakarta Selatan.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Laksono W. Widodo mengatakan, ada dua perusahaan pedagang efek yang terkendala karena insiden kebakaran yang terjadi di Gedung Cyber I. Bahkan, menurut dia, satu sekuritas melakukan penghentian perdagangan saham atau self suspend.

"Ada dua broker yang terkendala karena kebakaran ini, dan satu broker yang self suspend, yang lain berjalan normal," ujar Laksono melalui pesan singkat, Kamis (2/12).

Menurut Laksono, koneksi perdagangan saham sejumlah pedagang efek ada yang berjalan lancar, ada pula yang membutuhkan waktu. Hal ini tergantung kesiapan masing-masing anggota bursa. Perusahaan efek wajib memiliki penyimpanan data cadangan atau back up data center demi keamanan.

Di laman media sosialnya, Manajemen PT Indo Premier Sekuritas mengumumkan, saat ini perusahaan sedang menghadapi situasi force majeure di mana data center di Gedung Cyber, Mampang mengalami kebakaran.

"Ini mengakibatkan jaringan data beberapa sekuritas, termasuk IPOT, terganggu dan belum dapat digunakan untuk sementara waktu. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang dialami," ujar manajemen Indopremier dalam akun Instagramnya, Kamis (2/12).

Manajemen menekankan bahwa gangguan hanya berdampak kepada transaksi. Sementara itu, seluruh dana nasabah dipastikan aman. "Kami akan terus berupaya secara maksimal agar seluruh layanan dapat kembali seperti semula," katanya. 

 Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhamad Arif Angga mengatakan, terdapat 300 anggota diketahui menyimpan salah satu data centernya.