Harga saham PT Avia Avian Tbk pada hari pertama penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) ditutup di zona merah, setelah sempat terkena autoreject batas bawah (ARB).
Berdasarkan data RTI Infokom, harga saham produsen cat berkode AVIA ini ditutup merosot 6,99% atau 65 poin ke posisi Rp 865 dari harga pembukaan perdananya, Rp 930.
Harga saham AVIA mulanya melonjak hingga menyentuh Rp 925 per saham pada beberapa menit perdagangan dimulai. Tidak lama, harganya jatuh ke titik Rp 890 per saham sebelum akhirnya kembali ke level harga penawaran umum perdana.
Sekitar pukul 11.00 WIB, harga AVIAN menyentuh titik terendahnya di level Rp 865 per saham. Saham Avian tidak bergerak lagi pada sesi kedua perdagangan.
Total saham AVIA yang diperdagangkan hari ini mencapai 706 juta saham senilai Rp 631 miliar. AVIA tercatat diperdagangkan sebanyak 36.615 kali dengan rasio harga saham per laba atau price to earning (PE) sebanyak 0,42 kali.
Investor asing membeli saham AVIA hingga Rp 5,1 triliun, sedangkan investor domestik justru melakukan aksi jual senilai Rp 3,8 triliun. Alhasil, dana asing bersih dan dana domestik bersih yang masuk dan keluar masing-masing senilai Rp 3 triliun.
Adapun, investor asing melakukan aksi beli bersih di pasar negosiasi dan tunai senilai Rp 3,2 triliun. Sementara itu, dana asing bersih yang keluar dari pasar regular mencapai Rp 135 miliar.
Perseroan menyatakan proses IPO sempat beberapa kali mengalami oversubscridbe. Alhasil, jumlah penawaran perseroan mencapai Rp 10,9 triliun atau US$ 771 juta.
Artinya, pendaftaran perseroan menjadi yang terbesar di Asia untuk sektor cat dan kedua secara global. Di dalam negeri, pencatatan ini menduduki peringkat ketiga IPO terbesar sejak 2008.
"Dengan IPO ini, kami memiliki fleksibilitas keuangan dan operasional yang lebih tinggi untuk dapat senantiasa berinovasi dan meningkatkan praktik ESG kami," kata Wakil Presiden Direktur AVIA Ruslan Tanoko dala keterangan resmi, Rabu (8/12).
Hari Pertama IPO Jumbo
Berdasarkan catatan Katadata, pada tahun ini telah ada lima emiten dengan IPO jumbo, yakni Avian, PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (Cimory), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), PT Bukalapak.com Tbk, dan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. Dari kelima emiten itu, hanya Cimory dan Bukalapak yang menutup hari pertama IPO di zona hijau.
Pada hari IPO Cimory, harga Cimory atau diperdagangkan dengan kode CMRY tumbuh 10,71% menjadi 3.410 dari harga IPO di level 3.080. CMRY tercatat pernah menyentuh titik tertinggi di level 3.500 pada sesi pertama perdagangan hari ini.
Total saham CMRY yang beredar di pasar hari ini mencapai 1,3 juta saham senilai Rp 435 miliar. Adapun, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih hingga Rp 143 miliar.
Senada, Bukalapak yang diperdagangkan dengan kode BUKA ditutup menguat 24,7% atau naik 210 poin menjadi Rp 1.060 per saham. Harga IPO BUKA adalah Rp 850 per saham.
Harga BUKA sempat menyentuh level Rp 1.100 per saham pada 9 Agustus 2021 sebelum akhirnya mencatatkan tren penurunan hingga hari ini. Secara tahun berjalan, harga saham BUKA telah susut 572 poin atau melemah 53,96% menjadi Rp 488 per saham.
Sementara itu, harga saham Widodo Makmur atau diperdagangkan dengan kode WMPP pada hari pertama IPO konsisten bergerak di zona merah sejak pembukaan di level 160 dan dibuka menyentuh titik terendah di level 149. Harga saham perseroan sempat menyentuh level 161 pada sesi pertama perdagangan sebelum akhirnya melemah dan ditutup turun 1 poin ke posisi 159.
Total saham WMPP yang diperdagangkan mencapai 9,6 juta saham senilai Rp 149 miliar. Adapun, investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 935 juta dengan rincian jual bersih di pasar regular banyak Rp 1 miliar dan beli bersih di pasar negosiasi dan tunai hingga Rp 2 miliar.
Adapun, saham Dayamitra Telekomunikas berkode saham MTEL ini sempat menyentuh level Rp 890 per saham sebelum akhirnya kembali turun ke harga penawaran pada hari pertama IPO. Harga MTEL ditutup turun 35 poin atau melemah 4,37% menjadi Rp 765 per saham pada hari pertamanya.