PT AKR Corporindo Tbk telah mendapat persetujuan pemegang saham untuk melancarkan aksinya memecah nilai saham atau stock split dengan perbandingan 1:5. Hal itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Senin (20/12).
Nominal saham emiten sektor energi berkode AKRA ini akan menjadi Rp 20 per saham setelah stock split, dari posisi saat ini Rp 100 per saham. Adapun, permohonan pencatatan harga saham anyar akan dilakukan pada 24 Desember 2021 dan berlaku efektif pada Januari 2022.
Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo mengatakan aksi korporasi stock split ini ditujukan agar saham AKRA lebih terjangkau dan untuk memperluas basis investor.
"Partisipasi investor ritel di Indonesia telah meningkat secara signifikan selama setahun terakhir dengan banyaknya investor muda dan milenial mencari peluang investasi yang menarik," kata Haryanto dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (21/12).
Berdasarkan data Stockbit, harga saham AKRA merosot 3,86% atau 170 poin ke level Rp 4.230 pada perdagangan siang hari ini, dari harga penutupan kemarin Rp 4.400.
Dalam perhitungan tahun berjalan, harga saham AKRA telah melonjak 33,02% atau 1.050 poin ke level Rp 4.320. saham AKRA sempat menyentuh level tertingginya, Rp 4.690 per saham pada 25 Oktober 2021.
Berdasarkan data RTI Infokom, jumlah saham yang ada di publik mencapai 1,55 miliar saham atau setara dengan 38,72% total saham AKRA. Adapun, jumlah pemegang saham AKRA per 30 November telah mencapai 10.880 entitas.
Saat ini rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) AKRA ada di posisi 1,88 kali. Rasio ini naik dari posisi penutupan 2020 di level 1,5 kali.
Berdasarkan laporan keuangan AKRA, total ekuitas perseroan naik 3.9% pada September 2021 menjadi Rp 10,96 triliun dari realisasi akhir 2020 senilai Rp 10,55 triliun. Peningkatan itu disebabkan naiknya saldo laba yang tidak ditentukan penggunaanya sebesar 3.86% menjadi Rp 7,19 triliun.
Sementara itu, pendapatan kontrak naik 24.65% secara tahunan pada Januari-September 2021 menjadi Rp 17,07 triliun dari Rp 13,69 triliun. Adapun, pendapatan sewa tumbuh 5.88% menjadi Rp 176,5 miliar.
Laba bruto tercatat tumbuh 7.12% hingga kuartal III-2021 menjadi Rp 1,57 triliun dari capaian periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1,47 triliun. Dengan demikian, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 21.75% menjadi Rp 836,41 miliar.
Haryanto menilai performa laba bersih perseroan mengikuti kinerja 2020 yang tumbuh 30% secara tahunan.
"Kami melihat prospek bisnis kami terus membaik dengan semakin aktifnya kegiatan perekonomian dan semakin berkembangnya KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) JIIPE (Java Integrated Industrial and Port Estate) Gresik. (Hal ini) dapat menarik lebih banyak investor untuk membeli dan atau menyewa lahan di JIIPE serta meningkatkan recuring income," kata Haryanto.