Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,29% ke level 6.581 pada perdagangan terakhir tahun ini, Kamis (30/12). Namun, dalam perhitungan tahun berjalan (year to date), indeks saham meningkat 10,72% sepanjang tahun ini.
Adapun, kapitalisasi pasar sampai akhir perdagangan 2021 tercatat mencapai Rp 8.284 triliun. Nilai ini meningkat 18% dibanding nilai kapitalisasi pasar akhir 2020 yang sebesar Rp 6.968 triliun.
Berdasarkan data RTI, IHSG dibuka di level 6.609 pada pembukaan perdagangan saham hari ini, dengan volume transaksi 26,27 miliar, nilai transaksi Rp 10,27 triliun, dan frekuensi mencapai 1,22 juta kali. Sebanyak 209 emiten mengalami kenaikan saham, 342 emiten mengalami penurunan saham, dan 130 saham emiten tak bergerak.
Sebagai gambaran, pada akhir 2020, IHSG ditutup melemah 0,95% ke level 5.979 dari level hari sebelumnya. Saat itu, IHSG terkoreksi 5,13% sepanjang tahun ini atau year to date (YtD).
Seremoni penutupan perdagangan bursa saham dilakukan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dan Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan aktivitas perdagangan saham dan investasi di pasar modal sepanjang tahun ini diwarnai optimisme serta keyakinan besar. Hal ini tercermin dari kinerja indeks saham yang mulai pulih setelah mengalami tekanan besar tahun lalu.
"Nilai kapitalisasi pasar saham naik signifikan setengah triliun dolar AS (Amerika Serikat), atau naik 15% dari tahun sebelumnya," ujar Inarno.
Menurut dia, hal ini ini ditopang oleh lonjakan aktivitas perdagangan saham, baik dari sisi nilai, frekuensi, maupun volume perdagangan. "Kami mencatat nilai frekuensi perdagangan merupakan tertinggi dibanding bursa di Asia Tenggara dalam tiga tahun terakhir," katanya.
54 Emiten Baru Sepanjang 2021
BEI mencatat terdapat sebanyak 54 perusahaan yang melantai di pasar modal dengan nilai penggalangan dana mencapai Rp 62,61 triliun pada 2021. Berdasarkan nilai raihan dana, jumlah ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
Menurut data BEI, terdapat 51 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada 2020 dengan perolehan dana Rp 5,58 triliun. Sementara itu, pada 2019 tercatat 55 emiten baru dengan raihan dana Rp 14,78 triliun, sedangkan pada 2018 terdapat 57 emiten baru dengan raihan dana Rp 15,7 triliun.
Inarno mengatakan, dibanding bursa Asia, Indonesia masih menjadi bursa dengan jumlah emiten baru terbanyak pada 2021. Hal ini disusul oleh Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
"Fund raise (penggalangan dana) IPO tahun ini Rp 62,61 triliun, tertinggi sepanjang sejarah. Kini totalnya ada 766 perusahaan, tren pencatatan ini diharapkan berlanjut tahun depan karena masih ada 26 pipeline yang dalam proses penawaran umum," ujar Inarno dalam Konferensi Pers Aktivitas Perdagangan BEI, Kamis (30/12).
Inarno mengatakan aktivitas perdagangan bursa saham menghadapi kendala berupa ketidakpastian ekonomi dan munculnya Covid-19 varian Omicron di akhir tahun. Kendati demikian, investor dan pelaku pasar masih optimistis terhadap prospek perekonomian indonesia, khususnya di pasar modal.