Perusahaan raksasa asuransi digital asal Cina, Zhong An Online P&C Insurance Co., Ltd dikabarkan akan menjadi investor strategis di perusahaan bank syariah PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK).
Berdasarkan sumber yang dikutip dari D-Insights, Zhong An tertarik berinvestasi di Bank Aladin karena ingin membidik bisnis bank syariah lewat platform digital di Indonesia. Masuknya Zhong An tersebut dikabarkan dalam bentuk penambahan modal.
Sebelumnya, manajemen Bank Aladin memang pernah menyatakan akan melakukan penambahan modal dna menggaet investor strategis. Skema penambahan modalnya bisa berupa pelepasan sebagian saham ke investor tertentu (private placement) dan penerbitan saham baru dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMTED) atau rights issue.
Sinyal masuknya Zhong An juga diperkuat dengan rencana perusahaan yang akan menggelar konferensi pers bersama antara Bank Aladin Syariah dengan ZA Tech bertajuk "One Unity: Enhancing Indonesia Digital Ecosystem" pada Rabu siang ini.
Lantas, siapakah Zhong An? Perusahaan insurtech online terkemuka yang berbasis di Shanghai di China ini didirikan pada 2013 lalu.
PR Newswire mencatat, perusahaan mengadopsi pendekatan berorientasi ekosistem dan berfokus pada kehidupan pelanggan di internet, memenuhi kebutuhan perlindungan pelanggan yang beragam dan menciptakan nilai bagi mereka melalui mitra ekosistem dan platform miliknya.
ZA Online mengintegrasikan teknologi di seluruh bisnis asuransinya. Pada 28 September 2017, ZA Online menjadi perusahaan fintech pertama yang terdaftar di bursa Hong Kong dengan kode saham 6060 dan sejak 2018, perusahaan mulai memperluas bisnis fintech dan insurtech ke berbagai pasar internasional.
Menilik historisnya, perusahaan asuransi inipada awalnya didirikan bersama oleh para konglomerat perusahaan multinasional China, termasuk Jack Ma dari Alibaba, Pony Ma dari Tencent, dan Mingzhe Ma dari Ping An Insurance.
Bersama-sama, ketiga pengusaha tersebut menciptakan perusahaan asuransi pertama dan terbesar di negara itu untuk menawarkan dan menjual produknya melalui internet. Ada lima bidang layanan penting yang ditawarkan dan dijual perusahaan, antara lain konsumsi gaya hidup, pembiayaan konsumen, kesehatan, otomotif dan perjalanan.
Selain layanan asuransi, Zhong An telah mendirikan banyak anak perusahaan seperti Zhong An International dan Zhong An Information and Technology Services and Co. Pada Januari 2019, Zhong An memiliki total kapitalisasi pasar senilai HK$38,5 miliar.
Pada paruh pertama tahun 2021, perusahaan mencatatkan premi bruto sekitar RMB 9.841 juta, meningkat dari tahun ke tahun sebesar 45%. Pendapatan dari segmen teknologi meningkat 122% menjadi RMB 266 juta. Sementara itu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk sebesar RMB 755 juta.
Zhong An terus memperkuat cengkeramannya di bisnis asuransi digital di kawasan Asia Tenggara. Terbaru, pada 2019 lalu, perusahaan bekerja sama dengan Grab mendirikan perusahaan patungan (joint venture) dalam upaya memasuki bisnis distribusi asuransi digital.
Dalam keterengan persnya, pendirian JV tersebut bertujuan agar Zhong An bisa menyediakan produknya kepada konsumen yang tidak diasuransikan melalui aplikasi Grab.
"Misi kami adalah menghadirkan layanan keuangan yang relevan dan terjangkau ke Asia Tenggara,” kata Head of Grab Financial Reuben Lai," katanya, seperti dikutip Singapore Business Review.
JV tersebut menciptakan pasar asuransi digital yang menawarkan produk asuransi inovatif dalam berbagai kategori dengan premi yang difraksinasi kepada pengguna secara langsung melalui aplikasi Grab.
Perusahaan juga akan berkolaborasi dengan mitra asuransi global untuk mengembangkan produk yang dirancang khusus untuk kebutuhan gaya hidup masyarakat di Asia Tenggara.
Kali ini, Zhong An akan memperluas penetrasinya di bisnis bank digital Tanah Air melalui rights issue Bank Aladin Syariah.
Gayung bersambut, emiten bersandi BANK tersebut memang berencana melakukan penambahan modal untuk minimum modal bank yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) minimal Rp 3 triliun pada tahun ini. Terlebih lagi, pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Aladin pada 10 Februari lalu telah memberi restu untuk meningkatkan modal dasar perusahaan dari Rp 2,5 triliun menjadi Rp 5 triliun.
Berdasarkan data BEI, per 28 Februari jumlah saham Bank Aladin sebanyak 13,26 miliar saham. Rinciannya, PT Aladin Global Ventures bertindak sebagai pemegang saham pengendali dengan porsi kepemilikan 60,21% saham dan sisanya dimiliki pemegang saham publik sebesar 39,79%. Dengan demikian, potensi penambahan saham baru dalam rights issue nanti mencapai 36,73 miliar saham.
Hal ini juga kian mengindikasikan menguatnya tren perusahaan fintech yang berminat untuk mengakuisisi bank syariah di Tanah Air. Terbaru, Amartha juga dikabarkan akan mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah Tbk (BVIC).
Baca Juga