Mau Rights Issue, Aladin Diramal jadi Bank Syariah Digital Terbesar

Dokumentasi Bank Aladin
InsurTech, ZA Tech Global Limited resmi menjadi investor baru perusahaan bank syariah, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK).
Penulis: Syahrizal Sidik
8/4/2022, 16.09 WIB

Emiten bank syariah, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) berencana melakukan penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Presiden Direktur BANK, Dyota Mahottama Marsudi menyampaikan, dalam rights issue tersebut ZA Tech akan ikut berpartisipasi sebagai investor sekaligus mitra baru perusahaan. Hanya saja, perusahaan belum mengumumkan lebih lanjut mengenai waktu pelaksanaan berikut besaran jumlah saham baru yang akan diterbitkan dalam rights issue tersebut. 

"ZA Tech masuk sebagai salah satu investor Aladin Bank. Hal ini tentunya akan memperkuat Aladin Bank sebagai bank digital, baik dari sisi permodalan maupun berbagai rencana bisnis strategis ke depan," katanya, dalam keterangan resmi. 

Dikabarkan, rencana rights issue tersebut akan berlangsung pada tahun ini. Adapun, prospektus mengenai rights issue disebut sedang dalam tahapan peninjauan dari penjamin pelaksana emisi atau underwriter. Bank Aladin juga telah mendapat restu pemegang saham pada 10 Februari lalu untuk meningkatkan modal dasar perusahaan dari Rp 2,5 triliun menjadi Rp 5 triliun.

Bank investasi asal Swiss, Credit Suisse baru-baru ini, dalam publikasi risetnya menyematkan peringkat "outperform" dengan target harga saham BANK di level Rp 3.400 per saham.

Riset tersebut menguraikan, Bank Aladin dapat menjadi bank digital berbasis syariah terbesar di Indonesia karena tiga faktor utama.

Pertama, Bank Aladin memiliki keunggulan kompetitif yang jelas atas KBMI 1&2, bank syariah lainnya, dan BPR. Kedua, adanya kemitraan strategis dengan Alfamart diharapkan dapat menurunkan biaya akuisisi pelanggan dan ketiga, memiliki positioning yang unik sebagai bank syariah modern.

Selain itu, sektor bank syariah juga memberikan peluang pertumbuhan, terutama pembiayaan yang lebih baik dibandingkan dengan bank tradisional  pasca bergabungnya perusahaan BUMN Syariah, PT Bank Syariah Indonesia Tbk dan kerja sama dengan BPKH.

"Kami percaya perbankan syariah relevan untuk pasar Indonesia," kata Analis Hanel Topada dan Gregorius Gary, dikutip Katadata, Jumat (8/4).

Selain itu, Credit Suisse juga mengidentifikasi sepuluh provinsi utama yang memberikan peluang pertumbuhan yang kuat di Indonesia dengan target 49,9 juta nasabah dan total pinjaman yang belum terlayani dengan potensi pembiayaan lebih dari dari Rp 2.200 triliun.

Credit Suisse memproyeksikan Compound Annual Growth Rate (CAGR) atau rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan pinjaman akan tumbuh 50% untuk 2022 hingga 2035, sehingga Bank Aladin memperoleh 3% atau 6% pangsa pasar pinjaman pada 2030-2035 yang akan menghasilkan jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas atau Return on Equity (ROE) sekitar 40% atau 32%.

Berdasarkan data BEI sampai dengan 28 Februari 2022, jumlah saham Bank Aladin sebanyak 13,26 miliar. Rinciannya, PT Aladin Global Ventures bertindak sebagai pemegang saham pengendali dengan porsi kepemilikan 60,21% saham dan sisanya dimiliki pemegang saham publik sebesar 39,79%. Komposisi ini akan berubah seiring dengan masuknya ZA Tech sebagai investot baru sebagai

Seperti diketahui, ZA Tech adalah investor Bank Aladin yang merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara ZhongAn Technologies International Group Limited dan SoftBank Vision Fund 1 yang berfokus pada ekspor produk dan solusi InsurTech mutakhir ke perusahaan asuransi dan platform Internet.

Induk usaha dari ZA Tech adalah perusahaan insurtech online raksasa yang berbasis di Shanghai, ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd yang didirikan pada 2013.

Perusahaan asuransi ini pada awalnya didirikan bersama oleh para konglomerat perusahaan multinasional China, termasuk Jack Ma dari Alibaba, Pony Ma dari Tencent, dan Mingzhe Ma dari Ping An Insurance.

Saat ini, jejak ZA Tech menjangkau Jepang, Singapura, Thailand, dan pasar Asia lainnya. Di Asia Tenggara, ZA Tech telah bekerja sama dengan Grab, perusahaan teknologi seluler decacorn, sedangkan di Indonesia telah bekerja sama dengan perusahaan dompet digital OVO.