Emiten e-commerce, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menempatkan dana perolehan IPO sebesar Rp 11,21 triliun di instrumen deposito sampai dengan akhir Juni 2022.
Data tersebut disampaikan manajemen Bukalapak dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/7). Tercatat, hingga akhir Juni, Bukalapak telah menggunakan dana hasil IPO untuk modal kerja senilai Rp 5,77 triliun dari keseluruhan perolehan dana IPO sebesar Rp 21,32 triliun.
Rinciannya, dana ini dialokasikan untuk modal kerja di PT Buka Mitra Indonesia Rp 964,88 miliar yang setara 35,88% dari realisasi awal. PT Buka Pengadaan Indonesia senilai Rp 28,11 miliar, Bukalapak Pte Ltd mendapat kucuran dana Rp 1,05 miliar.
Selanjutnya, PT Five Jack mendapat kucuran modal kerja senilai Rp 10 miliar dan lainnya senilai Rp 2,24 triliun untuk pengembangan usaha perseroan dan entitas anak selain yang sudah disebutkan.
Sehingga, perseroan masih mengantongi dana hasil IPO senilai Rp 15,54 triliun, atau setara 72,9% dari total perolehan dana IPO perusahaan dengan kode saham BUKA tersebut sejak melantai di bursa saham Tanah Air pada Agustus 2021 lalu.
Secara rinci, dana itu ditempatkan mayoritas ditempatkan di instrumen deposito senilai Rp 11,21 triliun dengan tingkat bunga yang bervariasi mulai dari 2,90% sampai dengan 3,10%.
Kemudian, perusahaan juga menempatkan di instrumen giro sebesar Rp3,37 triliun pada giro dengan bunga sebesar 2,9%.
Selanjutnya, dana IPO Bukalapak senilai Rp 775 miliar ditempatkan pada tiga produk reksa dana dengan imbal hasil mulai dari 1,91 persen hingga 2,18 persen.
Sisanya, perusahaan menempatkan dana di lima obligasi masing masing senilai Rp 76,08 miliar dengan bunga 4,13 persen hingga 4,75 persen.
Sampai dengan periode kuartal pertama tahun ini, emiten bersandi BUKA ini tercatat membukukan laba bersih Rp 14,54 triliun, melonjak 4.593% sekaligus membalikkan kondisi keuangan kuartal pertama tahun lalu yang sempat mengalami rugi bersih sebesar Rp 324 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, Bukalapak mengantongi laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi sebesar Rp 15,49 triliun. Nilai ini jauh lebih besar dari raihan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 297,9 miliar. Kenaikan laba bersih ini terutama disebabkan oleh laba nilai investasi dari PT Allo Bank Indonesia Tbk.
Perusahaan unicorn teknologi ini mengantongi pendapatan sebesar Rp 787,91 miliar atau tumbuh sebesar 86% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 423,70 miliar. Sementara itu, pendapatan mitra perusahaan e-commerce ini meningkat sebesar 227% menjadi Rp 472 miliar pada kuartal I 2022, atau naik sebesar 47% dibandingkan periode sepanjang tahun lalu.