Harga saham emiten perbankan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), kembali menorehkan rekor tertinggi baru sejak perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan data perdagangan, saham emiten bersandi BBCA ini bergerak mengua 1,49% ke level Rp 8.500 per saham. Nilai kapitalisasi pasarnya menembus Rp 1.047 triliun.
Catatan Katadata.co.id, bank yang sahamnya dimiliki Grup Djarum ini nilai kapitalisasi pasarnya pernah menembus level Rp 1.007 triliun pada 15 Maret 2022.
Lalu, pada Oktober 2021, nilai kapitalisasi pasarnya juga pernah menyentuh menyentuh level Rp 936,89 triliun atau setara dengan US$ 66 miliar. Hal ini menjadikannya sebagai bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara, mengalahkan nilai kapitalisasi pasar Bank DBS, Singapura senilai US$ 57 miliar atau setara Rp 815 triliun.
Menanggapi nilai kapitalisasi pasar yang menyentuh rekor sejak pertama kali IPO, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengaku bersyukur dengan capaian tersebut.
"Kita bersyukur saja dipercaya oleh para investor," ungkapnya kepada Katadata.co.id, pada Selasa (15/3) lalu.
BCA pertama kali melantai di BEI pada 31 Mei 2000 dengan harga penawaran umum perdana saham senilai Rp 1.400 per saham. Saham BBCA terus melesat dari waktu ke waktu dan beberapa kali melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split).
Berdasarkan struktur kepemilikan saham perusahaan efektif sampai dengan 31 Agustus 2022, Grup Djarum, melalui PT Dwimuria Investama Andalan bertindak sebagai pemegang saham pengendali dengan kepemilikan saham sebanyak 67,72 miliar saham atau senilai 54,94% saham. Selebihnya dimiliki investor publik sebanyak 55,54 miliar saham atau setara 45,06% saham.
Sampai dengan periode semester pertama tahun ini, BCA tercatat mengantongi laba bersih sebesar Rp 18 triilun, meningkat 24,9% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Torehan laba itu lantaran BBCA mampu meraup pendapatan bunga bersih yang tercatat sebesar Rp 29,8 triliun, naik 5,3% dari semester pertama tahun lalu. Sedangkan, penyaluran kredit mencapai Rp 675,4 triliun, naik 13,8% secara tahunan.