Saham emiten pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk (ANTM) rontok pada perdagangan Rabu ini (19/10) setelah perusahaan mengumumkan akan mengakuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Berdasarkan data perdangan, harga saham Bukit Asam terpantau anjlok 4,55% ke level Rp 3.780 per saham. Hari ini, saham PTBA ditransaksikan sebanyak lebih dari 21 ribu kali dengan nilai transaksi Rp 436,04 miliar.
Tampaknya, investor merespons negatif keputusan manajemen PTBA untuk mengakuisisi PLTU Pelabuhan Ratu dengan kapasitas 3 x 350 megawatt senilai US$ 800 juta atau setara Rp 12,3 triliun.
Sebabnya, di sektor pertambangan BUMN lainnya, saham PTBA yang terkoreksi di saat PT Timah Tbk (TINS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berada di zona hijau, sehaluan dengan gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak naik 0,35% ke level 6.853,86.
Sebelumnya, PLN dan PTBA menyepakati kerja sama tersebut melalui principal framework agremeent di perhelatan SOE Conference pada Selasa di Nusa Dua, Bali (18/10).
Dalam kesempaatn itu, Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengatakan, kerja sama antara kedua BUMN ini bertujuan untuk mempensiunkan PLTU Pelabuhan Ratu lebih cepat. PTBA nantinya akan mengambilalih mayoritas saham PLTU Pelabuhan Ratu.
"Ini menjadi model bagaimana keseriusan BUMN, memastikan kami siap memasuki transisi energi," kata Pahala.
Ia menjelaskan, Indonesia Power nantinya masih akan memiliki sebagian saham dari PLTU Pelabuhan Ratu. Namun, besaran saham yang akan diambil alih oleh PTBA hingga kini masih dalam proses diskusi.
Menurut Pahala, ada beberapa persyaratan yang melekat dalam pengambilalihan PLTU ini. Salah satunya, mempersingkat sisa masa pensiun PLTU Pelabuhan Ratu dari 24 tahun menjadi 15 tahun. Pemangkasan masa penisun PLTU ini diperkirakan dapat memangkas emisi karobondioksida setara 51 juta ton.
Sampai dengan semester pertama tahun ini, emiten bersandi PTBA ini tercatat mengantongi perolehan laba bersih senilai Rp 6,2 triliun, naik 246% secara tahunan dibanding periode yang sama di tahun lalu senilai Rp 1,8 triliun. Pencapaian laba bersih didukung dengan pendapatan sebesar Rp 18,4 triliun, meningkat 79% persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Adapun, total produksi batubara Bukit Asam mencapai 15,9 juta ton atau meningkat 20% pada semester I dibanding periode sebelumnya Rp 13,3 juta ton. Lalu, penjualan batubara PTBA sebanyak 14,6 juta ton atau tumbuh 13% secara tahunan.