Survei Schroder: Ini Alasan Investor Yakin atau Ragu Investasi ESG

123rf.com/warat42
Ilustrasi pembiayaan berkelanjutan, investasi hijau, ramah lingkungan
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
3/11/2022, 08.53 WIB

Para investor semakin meminati investasi berkelanjutan berbasis prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik atau biasa disebut prinsip environment, social, and governance (ESG). Setidaknya, kini prinsip ESG menjadi bahan pertimbangan pemegang modal untuk mengambil keputusan investasi. 

Bukan tanpa alasan, investasi berbasis prinsip ESG menjadi produk tumbuh paling cepat di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai investasi ESG yang telah dijalankan oleh beberapa negara di Eropa.

Berdasarkan laporan Global Sustainable Investment Alliance (GSIA), investasi yang berbasis ESG bernilai US$ 14 miliar pada 2018, atau menunjukkan tren naik dari permulaan keberadaan investasi hijau pada 2016 yang bernilai US$ 12 miliar.

Berdasarkan hasil studi investor global, PT Schroder Investment Management Indonesia memaparkan beberapa alasan investor tertarik pada investasi berbasis ESG. Salah satunya, karena investor menyadari bahwa investasi berkelanjutan memiliki dampak terhadap lingkungan yang lebih luas. 

Tak hanya itu, ketika membicarakan mengenai perubahan perilaku perusahaan, menurut studi Schroders, para investor juga ingin memberikan pengaruh terhadap isu-isu sosial, seperti perlakuan perusahaan terhadap karyawannya.

Namun demikian, daya tarik dari investasi berkelanjutan memiliki sejumlah tantangan. Beberapa hambatan di antaranya, masalah transparansi dan konsistensi terminologi yang menjadi keraguan para investor.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Schroders terhadap 23.950 responden, sebanyak 51% mengaku ragu terhadap investasi berkelanjutan karena penyedia kurang transparans melaporkan data terkait dampak dana investasi berkelanjutan terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik. Hal ini dianggap menjadi penghalang terbesar untuk berinvestasi lebih jauh.

Sebanyak 45% dari total responden menyatakan, penghalang untuk berinvestasi adalah kekhawatiran terkait kurangnya definisi yang jelas dan disepakati perusahaan mengenai makna 'keberlanjutan'.

Investment Director Schroders Indonesia, Irwanti CFA mengatakan, Schroders secara aktif dan rutin berinteraksi dengan perusahaan-perusahaan untuk mendorong mereka mengintegrasikan ESG dalam aktivitas bisnisnya.

“Jadi kami informasikan ke mereka (perusahaan) seperti apa mau investor, hal-hal apa yang sebaiknya diperbaiki supaya mereka jadi lebih integrated ESG,” kata Irwanti dalam acara Embracing Sustainability Schroder Indonesia, Rabu (2/11).

Irwanti juga meyakini integrasi ESG akan membuat perusahaan dapat lebih bertahan dan lebih baik secara jangka panjang. Dia juga menilai, dengan adanya prinsip ESG, penanam modal tak lagi hanya melihat bisnis dari sisi profitabilitas, tetapi juga dampak bagi lingkungan, dan sosial.

"Untuk Schroders pendekatan dari general level investor itu harus melihat beyond profit jadi jangan melulu hanya profitabilitas, harus beyond profit (di luar keuntungan)," lanjut Irwanti.

Reporter: Zahwa Madjid