Saham Primaya Hospital Turun 4,4% Saat Debut Perdana di BEI

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Ilustrasi. Saham PT Primaya Hospital Tbk, terkoreksi di hari perdana melantai di bursa
8/11/2022, 10.37 WIB

Emiten rumah sakit, PT Famon Awak Bros Sedaya Tbk (PRAY) atau Primaya Hospital, mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (8/11). 

Berdasarkan data perdagangan, sampai dengan pukul 09.15 WIB, harga saham Famon Awak Bros Sedaya turun 4,44% ke level Rp 860 per saham dari harga penawaran umum yang ditetapkan perseroan, yakni Rp 900 per saham. Harga sahamnya di awal pembukaan perdagangan sempat naik Rp 1.080 per saham. 

Volume saham yang diperdagangkan tercatat 22,84 juta dengan nilai transaksinya Rp 20,48 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 5.704 kali. Perusahaan pengelola rumah sakit  yang sebagian sahamnya dimiliki Grup Saratoga ini melepas sebanyak 302,22 juta saham atau setara 2,28% saham yang dilepas ke publik.

Direktur dan CEO Primaya Hospital, Leona A. Karnali,  mengatakan IPO ini merupakan upaya perusahaan untuk terus bertumbuh dan menjadi yang terdepan serta berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur kesehatan di indonesia. "Pelaksanaan IPO ini bertujuan untuk pengembangan Primaya Hospital Group yang tengah tumbuh pesat dan berkelanjutan," katanya, dalam keterangan resmi, Selasa (8/11). 

Rencananya, perusahaan menggunakan dana sekitar 50% dari dana IPO  untuk pembangunan rumah sakit di kota- kota besar di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Sekitar 25% untuk dana tambahan biaya pengembangan gedung dan layanan rumah sakit yang telah ada. "Sisanya sekitar 25% akan digunakan untuk dana tambahan pembiayaan pembangunan gedung rumah sakit baru," ungkapnya. 

Berdasarkan prospektus, Primaya Hospital, perusahaan mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp 481,20 miliar, turun sebesar 29,71% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 684.61 miliar.

Menurunnya pendapatan bersih Grup Primaya disebabkan oleh penurunan pendapatan dari penunjang medis rawat inap sebesar Rp 123,65 miliar dan pendapatan laboratorium sebesar Rp 41,94 miliar atau sebesar 38,51%.

Tak hanya itu, beban pokok pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 14,76% menjadi Rp 364,18 miliar dari Rp 317,34 miliar pada periode empat bulan yang berakhir pada tahun 2021. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan gaji dan tunjangan sebesar Rp 32,52 miliar atau 37,87% yang sebagian di-offset dengan penurunan beban poliklinik sebesar Rp 13,29 miliar atau 27,61%

Rumah sakit yang sudah beroperasi selama 16 tahun ini didirikan oleh Yos E Susanto dengan nama Rumah Sakit Global Medika di Tangerang pada tahun 2006. Melansir laman resmi Primaya Hospital, pada 2008 Rumah Sakit Global Medika menggandeng RS Awal Bros yang dikelola oleh Arfan Awaloeddin untuk membangun Rumah Sakit Global Awal Bros di Kota Bekasi.

Berlanjut ke tahun 2011, RS Awal Bros didirikan di Makassar dan semua Rumah Sakit Global Medika serta rumah sakit lainnya serentak berganti nama menjadi RS Awal Bros. Lima tahun kemudian, RS Awal Bros bekerja sama dengan PT Saratoga Investama Tbk (SRTG), perusahaan investasi yang didirikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno bersama Edwin Soeryadjaja untuk pengembangan rumah sakit ke depannya.

Setelah bekerja sama dengan Saratoga Investama sekitar empat tahun, pada 2020 RS Awal Bros yang berlokasi di Tangerang, Bekasi, Makassar dan Palangkaraya berganti nama menjadi Rumah Sakit Primaya atau yang sekarang dikenal dengan Primaya Hospital.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail