Bursa saham utama di Wall Street, Amerika Serikat pada perdagangan Rabu waktu setempat belum beranjak dari pelemahan. Bursa Nasdaq, mengalami pelemahan paling dalam sebesar 0,51%. Demikian dengan indeks S&P 500 melemah 0,19%. Hanya indeks Dow Jones bergerak di teritori positif.
Terkoreksinya bursa saham di Amerika karena investor masih mencermati arah kebijakan moneter The Federal Reserve. Pelaku pasar mengkhawatirkan, The Fed akan tetap mempertahankan siklus kenaikan suku bunga Fed Funds Rate yang lebih lama.
Sinyal ini makin menguat setelah laporan pekerjaan dan sektor jasa yang makin kuat. Kekhawatiran tentang kenaikan tajam dalam biaya pinjaman telah mendorong dolar, tetapi merusak permintaan untuk aset berisiko seperti ekuitas tahun ini.
Bursa Nasdaq anjlok karena terseret oleh penurunan 1,4% saham Apple Inc karena pemangkasan target pengiriman iPhone menurut Morgan Stanley. Selain itu, katalis negatif lainnya bersumber dari kejatuhan saham Tesla Inc sebesar 3,2% karena kekhawatiran kerugian produksi.
Selain itu, pasar juga telah diguncang oleh komentar suram dari eksekutif puncak di Goldman Sachs Group Inc, JPMorgan Chase & Co dan Bank of America Corp bahwa resesi ringan hingga lebih parah kemungkinan besar akan terjadi di tahun depan.
"Rasanya kita berada dalam periode yang sangat tidak pasti ini di mana investor mencoba untuk memastikan apa yang lebih penting, karena pembuat kebijakan memperlambat suku bunga tetapi data tidak mendukung," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.
"Pasar sedang mencoba untuk menyeimbangkan headwinds dan tailwinds dan ini menyebabkan beberapa kebingungan."
Indeks volatilitas CBOE yang juga dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, ditutup pada 22,68, penyelesaian tertinggi sejak 18 November. Pelaku pasar uang melihat peluang 91% bahwa Fed akan menaikkan suku bunga acuan utamanya sebesar 50 basis poin pada bulan Desember menjadi 4,25%-4,50%, dengan suku bunga memuncak pada Mei 2023 sebesar 4,93%.
Menjelang pertemuan FOMC pada 14 Desember mendatang, pekan ini terdapat sejumlah data ekonomi yang akan dirilis pekan ini dan akan menjadi petunjuk bagi arah kebijakan moneter bank sentral AS. Data-data ekonomi tersebut ialah klaim pengangguran mingguan, indeks harga produsen dan survei sentimen konsumen Universitas Michigan.