NAB Reksa Dana di 2022 Turun 12,58%, Bagaimana Prospeknya di 2023?

123RF.com/Thananit Suntiviriyanon
Ilustrasi investasi. Generasi muda harus mulai berinvestasi untuk meningkatkan kekayaan dan mencapai tujuan keuangannya di masa depan.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
2/1/2023, 12.58 WIB

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana mencapai Rp 505,69 triliun per 28 Desember 2022. Jumlah tersebut menurun 12,58% menjadi Rp 505,69 triliun dari periode 2021 sebesar Rp 578,44 triliun. Di mana, jumlah reksa dana juga menurun dari 2.198 menjadi 2.143 produk. Jika melihat data per November 2022, NAB reksa dana masih berada dalam angka Rp 515,47 triliun. 

Memasuki 2023, prospek investasi reksa dana dinilai masih baik. Meski begitu, analis menyarankan para investor untuk melihat kondisi global.

Melansir Bareksa, sebelum adanya pandemi Covid-19, imbal hasil di pasar saham (IHSG) dan Indeks Reksadana Saham hampir selalu mencatat kinerja positif di bulan Januari karena dipengaruhi January Effect yang umum terjadi di bursa saham Amerika (AS). 

Sebab, di AS biasanya terdapat bonus akhir tahun yang digunakan masyarakat untuk berinvestasi saham di awal tahun.

Head of Research STAR Asset Management David Arie Hartono, mengatakan pada kuartal pertama dan kedua di tahun 2023, reksa dana pasar saham, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran cukup menarik untuk diperhatikan investor.

“Tahun 2023 investor perlu memperhatikan dua hal, yakni potensi perlambatan ekonomi global dan potensi berakhirnya pengetatan kebijakan moneter. Kenaikan tingkat suku di negara maju seperti AS dan Eropa diproyeksikan mendorong perlambatan ekonomi. Di sisi lain, jika inflasi melandai dan kebijakan suku bunga mulai melonggar akan jadi sentimen positif untuk aset yang lebih berisiko,” ujar David kepada Katadata.co.id, baru-baru ini.

Mengaminkan David, Head of Operation and Business Development Panin Asset Management mengatakan bahwa prospek investasi reksa dana masih akan terus membaik.

Secara strategi, Rudiyanto menyarankan investor untuk melakukan investasi secara berkala dan diversifikasi.

"Beli saham yang fundamental bagus, valuasi murah, dan atau diuntungkan di tengah situasi penurunan bunga yang mungkin terjadi tahun ini," ujar Rudiyanto.

Terkait adanya ancaman resesi 2023, David melanjutkan bahwa  Indonesia diproyeksi lebih aman dari ancaman resesi. Apalagi  saat ini Indonesia masih diuntungkan dengan tingginya harga komoditas.

“Indonesia yang masih banyak mengandalkan konsumsi domestik dan juga komoditas menjadi salah satu pembeda dengan negara yang berada di Amerika Serikat maupun Eropa. Di mana mereka mengalami inflasi yang sangat tinggi dan kenaikan suku bunga,” lanjut David.

Pada kuartal pertama dan kedua di tahun 2023,  David melihat reksa dana pasar saham, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran cukup menarik.

“Sedangkan pada kuartal ketiga  di tahun 2023, konsensus berekspektasi adanya penurunan suku bunga, kita bisa melihat adanya investasi yang menarik di reksa dana fixed income dan juga reksadana saham,” lanjut David.

Adapun berinvestasi dalam reksa dana dinilai memiliki berbagai peluang ditengah ketidakpastian ekonomi.

Seperti bersifat likuid atau mudah dicairkan, aman dan memiliki risiko yang rendah, serta lebih menguntungkan karena rata-rata imbal hasil di atas rata-rata suku bunga deposito.

Reporter: Zahwa Madjid