Indeks harga saham gabungan (IHSG) di hari pertama perdagangan saham tahun 2023 mampu ditutup naik tipis 0,36 poin (0,01%) ke posisi 6.850,98. IHSG bergerak dalam rentang 6.823,48-6.856,89 dengan nilai transaksi Rp 4,54 triliun.
IHSG pada pergerakan sesi II mampu berbalik arah ke zona hijau setelah pada sesi I ditutup melemah 19,85 poin atau 0,29% ke 6.830,76.
Sejumlah sektor saham yang berhasil mencatatkan peningkatan adalah saham konsumer non primer sebesar 0,59%, sektor teknologi 0,31%, sektor industri 0,20%. Sedangkan, saham sektor kesehatan harus melemah 1,69%, sektor energi 0,17%, dan sektor konsumer primer 0,14%.
Meski IHSG melemah, ketiga saham ini berhasil torehkan lonjakan harga. Yakni, saham PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA) naik Rp 66 atau 24,81% menjadi Rp 332, PT Singaraja Putra Tbk (SINI) naik Rp 235 atau 21,27% menjadi Rp 1.340, dan PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) naik Rp 22 atau 14,77% menjadi Rp 171.
Sebaliknya saham-saham ini mencatatkan penurunan terdalam sepanjang hari ini. Yaitu, PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) turun Rp 22 atau 6,92% menjadi Rp 296, PT Pool Advista Finance Tbk (POLA) turun Rp 6 atau 6,90% menjadi Rp 81, dan PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) juga ikut turun Rp 16 atau 6,90% menjadi Rp 216 per sahamnya.
Sementara untuk esok hari, Phintraco Sekuritas dalam risetnya, Senin (2/1) memprediksi bahwa IHSG berpotensi akan kembali menguat di rentang 6,890-6,930 pada perdagangan Selasa (3/1).
Secara sentimen, investor akan mencermati data-data S&P Manufacturing PMI yang akan dirilis di berbagai negara. Dari dalam negeri, inflasi Indonesia naik menjadi 5,51% year on year di Desember 2022, lebih tinggi dari perkiraan di 5,39%. Kenaikan inflasi ini menunjukkan daya beli masyarakat yang cenderung meningkat pada bulan Desember 2022.
Di sisi lain, Presiden Jokowi telah melarang ekspor biji bauksit mulai Juni 2023. Hal ini berpotensi memicu kenaikan harga bauksit di pasar menyusul larangan tersebut.