PT Pertamina berencana memperoleh sumber pendanaan tambahan melalui pasar modal dengan menawarkan saham dua anak usahanya kepada publik melalui initial public offering (IPO) yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) pada semester I tahun ini.
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan penawaran saham perdana ke publik akan dilakukan secara berturut-turut. Dimulai dari IPO PGE pada Februari mendatang.
"Pertama adalah PGE, Insya Allah kalau tidak ada halangan bulan depan, kemudian nanti akan dilanjutkan dengan PHE," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR pada Selasa (31/1).
Selain untuk menjaring pendanaan publik, IPO dinilai penting untuk mewujudkan transparansi perusahaan. Meski termin IPO telah ditetapkan, Nicke belum bersedia menjelaskan rincian aset atau besaran saham perusahaan yang akan dilepas ke umum.
"Karena belum disetujui oleh para pemegang saham, maka ada baiknya kami sampaikan nanti setelah dapat persetujuan pemegang saham," ujar Nicke.
Sebelumnya Wakil Menteri BUMN, Pahala Nugraha Mansury menjelaskan hasil IPO yang didapatkan oleh PGE akan digunakan untuk merealisasikan rencana pertumbuhan kapasitas listrik panas bumi sebesar 600 mega watt (MW) dalam lima tahun ke depan.
Aksi korporasi ini juga diharapkan bisa merealisasikan ambisi Pertamina grup untuk memiliki nilai valuasi sebesar US$ 100 miliar.
Pahala mengatakan, Kementerian BUMN telah melakukan sejumlah kebijakan komersil sebelum memutuskan untuk mendorong IPO PGE. Salah satunya yaitu memastikan serapan listrik panas bumi yang dihasilkan oleh operasional pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) PGE terserap oleh PLN.
"Saat ini kami sudah memiliki kontak perjanjian pembelian tenaga listrik dengan PLN serta beberapa yang lain, sehingga kami harapkan dari 600 MW tersebut akan dikembangkan dalam 5 tahun mendatang," kata Pahala dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VI DPR pada Rabu (7/12/2022).