Nilai Transaksi Harian Kian Turun, Analis: Pasar Masih Wait and See

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (2/1/2023). Pada pembukaan perdagangan saham di awal tahun 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 8,51 poin atau 0,12 persen ke 6.842,11.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
9/3/2023, 14.14 WIB

Nilai transaksi harian bursa kian menurun sejak awal tahun 2023. Pada Kamis (9/3) ini, transaksi harian hingga sesi pertama ditutup pada angka Rp 4,2 triliun. Sedangkan pada akhir perdagangan 30 Desember 2022, nilai transaksi mencapai Rp 9,6 triliun.

Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai, penurunan dan kenaikan nilai transaksi harian IHSG disebabkan oleh beberapa faktor dari luar maupun dalam negeri. Seperti indeks harga konsumen pertumbuhan Indonesia atau consumer price index (CPI) dan ketidakpastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve. 

“Semua data IHSG terpengaruh dari adanya perkembangan sentimen. Data CPI misalnya yang signifikan bagus atau juga para pelaku pasar masih memfaktorkan The Fed potensi kebijakan kedepannya,” kata Nafan dalam acara Mirae Asset Media Day, Kamis (9/3).

Maka dari itu, Nafan menilai banyak pelaku pasar yang masih wait and see akibat banyaknya ketidakpastian dalam pasar modal.

“Sehingga membuat volume transaksi menurun, jadi faktor eksternal juga sangat mempengaruhi,” kata Nafan.

Namun nilai transaksi harian IHSG memiliki potensi untuk menunjukkan tren kenaikan. Salah satunya dari rencana penambahan jam perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sebagaimana diketahui, jam perdagangan bursa pada masa pandemi diperpendek satu jam dari sebelumnya hingga pukul 16.00 WIB menjadi berakhir pukul 15.00 WIB karena mempertimbangkan kondisi pandemi Covid-19.

"Itu sebenarnya bagus untuk meningkatkan volume perdgangan transaksi pasar saham Tanah Air. Dengan ditambahnya waktu frekuensi juga menigkat sehingga ini berpotensi meningkatkan volume perdagangan karena aktivitas pasar modal lebih lama," ujar Nafan

Mengaminkan pernyataan Nafan, Research and Consulting Infovesta Nicodimus Anggi mengatakan alasannya adalah karena ada banyak ketidakpastian di pasar saham global saat ini maupun di pasar saham Indonesia. 

Sejak awal bulan ini pasar Indonesia mulai masuk periode konsolidasi dan beberapa hari terakhir juga melandai turun.

“Jadi wajar RNTH juga turun sesuai dengan kondisi di market. Investor cenderung menahan diri lebih aktif untuk bertransaksi,” ujar Nico pada Katadata.co.id.

Menurut Nico para investor sedang mempertimbangkan banyak faktor di pasar saat ini yang menimbulkan ketidakpastian. Mulai  dari kondisi geopolitik dan kemungkinan ketidakpastian resesi global.

Selain itu, ia menilai investor pada saat ini dalam kondisi pasar yang sedang fluktuatif dan penuh dengan ketidakpastian, sehingga lebih milih investasi ke aset safe haven seperti obligasi dan emas. 

“Buktinya harga emas melonjak pada Januari sebelum masuk periode koreksi dan profit taking pada saat ini. Kalau kita lihat secara year to date, yield obligasi pemerintah Indonesia turun signifikan serta investasi dari asing net buy relatif konsisten,” kata Nico.

Partisipasi investor domestik di obligasi juga meningkat. Maka dari itu, investor asing maupun domestik sedang mempertimbangkan opsi investasi mereka dan masuk ke kelas aset yang lebih menjamin kepastian return pada kondisi pasar saat ini.

Reporter: Zahwa Madjid