Bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) menjadi penyebab tergelincirnya saham sektor keuangan di pasar global, termasuk pasar saham Indonesia. Sejumlah saham bank berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut merosot.
Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan, IHSG dan Bursa regional Asia mengalami aksi tekanan jual sehingga mendorong untuk menghindari masuk di aset berisiko.
"Hal ini seiring sikap pelaku pasar masih dipengaruhi kekhawatian sehubungan gejolak di sektor perbankan di Amerika Serikat (AS) yang terus bergaung di pasar global," katanya dalam riset resmi, Selasa (14/3).
Dalam riset tersebut dikatakan, kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) masih menjadi perhatian pasar sehingga mendorong investor berhati-hati di tengah kekhawatiran akan berdampak risiko sistemik bagi sektor keuangan.
Selain itu, Analis Henan Putihrai Jono Syafei mengatakan, investor asing mayoritas berinvestasi pada saham perbankan yang memiliki bobot besar pada IHSG.
"Sehingga perbankan yang akan terkena dampak terlebih dahulu," katanya kepada Katadata, Selasa (14/3). Namun Jono mengatakan investor dapat mencermati saham bluechip yang turun.
Bagaimana pergerakan saham sektor perbankan saat ini?
Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) hingga auto reject bawah (ARB) ke 5,38% ke level Rp 1.495 dari level harga penutupannya Rp 1.580 per saham pada Senin (13/3).
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 34,41 juta dengan nilai transaksinya Rp 52,27 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 7.294 kali, dengan rentang harga penjualan Rp 1.490 sampai Rp 1.580 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 68,96 triliun.
Lalu, harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang terpantau anjlok pada perdagangan sesi I 2,90% ke level Rp 10.050 dari level harga penutupannya Rp 10.350 per saham pada Senin (13/3) kemarin. Bahkan saat pembukaan perdagangan sesi I, harga sahamnya merosot ke level Rp 10.200 per saham. Adapun nilai kapitalisasi pasar BMRI mencapai Rp 469 triliun.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 43,69 juta dengan nilai transaksinya Rp 441,8 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 7.570 kali, dengan rentang harga penjualan Rp 10.025 sampai Rp 10.275 per saham.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terjerembab 1,46% ke level Rp 8.425 dari level harga penutupannya pada Senin (13/3) yaitu Rp 8.550 per saham. Bahkan saat pembukaan perdagangan sesi I, harga sahamnya merosot ke level Rp 8.425 per saham. Adapun nilai kapitalisasi pasar Rp 1.038.59 triliun.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 47,16 juta dengan nilai transaksinya Rp 396,89 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 15.263 kali, dengan rentang harga penjualan Rp 8.375 sampai Rp 8.475 per saham.
Selanjutnya, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga merosot 2,50% ke level Rp 8.775 dari level harga penutupannya Rp 9.000 per saham pada Senin (13/3). Bahkan saat pembukaan perdagangan sesi I, harga sahamnya turun ke level Rp 8.900 per saham. Adapun nilai kapitalisasi pasar Rp 163,64 triliun.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 34,05 juta dengan nilai transaksinya Rp 299,77 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 6.068 kali, dengan rentang harga penjualan Rp 8.750 sampai Rp 8.900 per saham.