Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 6.692 sampai 6.587 dan resistance di level 6.786 sampai 6.890 pada pekan depan.
Adapun pada pekan ini, IHSG tercatat menguat 1,26% ke posisi 6.762,254. Kemudian, kapitalisasi pasar Bursa mengalami kenaikan sebesar 1,18% atau sebesar Rp 9.390,840 triliun. Sedangkan rata-rata volume transaksi harian Bursa selama sepekan mengalami perubahan sebesar 25,45% menjadi 17,262 miliar saham.
Namun rata-rata nilai transaksi harian Bursa mengalami turun 17,90% menjadi Rp 10,335 triliun. Investor asing sepanjang tahun 2023 mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 3,65 triliun.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, ada delapan sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan ke-5 Maret. Berikut delapan sentimen tersebut:
- Hasil pertemuan (FOMC) The Fed selama 21-22 Maret 2023 menghasilkan penetapan target suku bunga acuan sebanyak 0,25% ke kisaran 4,75%-5%, atau level tertinggi sejak Oktober 2007. The Fed memberikan sinyal bahwa dengan atau tanpa krisis perbankan, perang terhadap inflasi harus tetap berlanjut. Ini Kenaikan kesembilan kalinya berturut-turut dan sesuai dengan consensus pasar. Keyakinan pelaku pasar jika The Fed sudah mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunganya menjadi sentimen positif di pasar.
- The Fed merilis prakiraan ekonomi terbaru dalam Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP), termasuk "dot plot", yang memetakan ekspektasi pembuat kebijakan tentang arah suku bunga di masa depan. Dot plot The Fed terbaru menunjukkan suku bunga akan terus menanjak lebih tinggi pada 2023, tetapi hanya sedikit, dengan suku bunga acuan diproyeksikan memuncak pada level 5,1% tahun ini.
- Pelaku pasar mempertimbangkan pernyataan dari Menteri Keuangan AS Janet Yellen, yang mengatakan tindakan darurat federal untuk mendukung bank-bank regional yang gagal dapat digunakan lagi jika diperlukan.
- Aksi jual saham perbankan memukul indeks saham Eropa pada perdagangan akhir pekan ini. Tekanan di pasar saham Eropa tersebut karena melonjaknya kekhawatiran terhadap stabilitas sektor keuangan. Harga saham papan atas di pasar saham Jerman, Deutsche Bank jatuh karena indikator CDS (biaya asuransi utang) untuk risiko gagal bayar melonjak lebih tinggi dalam 4 tahun terakhir.
- Bank of England menaikkan suku bunga 25 bp, sejalan dengan ekspektasi, dan mengatakan pengetatan lebih lanjut akan diperlukan jika ada bukti tekanan harga yang terus berlanjut. Komentar dari Bank of England bahwa inflasi mungkin akan cepat memudar juga membantu prospek segera berakhirnya era pengetatan kebijakan bank sentral.
- Pengelola dana global mengalihkan dananya ke obligasi emerging market Asia untuk mengatasi volatilitas di pasar keuangan. Arus masuk modal ke obligasi Indonesia mencapai posisi terkuat sejak Januari lalu. Mata uang emerging market tangguh, dan tanda-tanda puncak inflasi di Asia membantu memberikan daya tarik obligasi Asia di tengah gejolak.
- UU Cipta Kerja yang baru disahkan berpeluang menodorong Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi 6%-7% dalam lima sampai 10 tahun ke depan. UU Cipta Kerja di Indonesia berpotensi mendorong derasnya arus investasi yang masuk baik itu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).
- Setelah the Fed menaikkan suku bunga 25 bsp pelaku pasar sekarang memperkirakan The Fed akan menahan Kenaikan suku bunga pada edisi Mei dan hanya menyisakan 1 kenaikan lagi di tahun 2023. Berakhirnya siklus Kenaikan suku bunga The Fed menjadi salah satu sentimen positif pasar saham.