PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa (16/5). Salah satu mata acara RUPST adalah penetapan penggunaan laba perseroan untuk tahun buku 2022.
Melansir dari Keterbukaan Informasi, RUPST akan membahas lima mata acara dengan para pemegang saham. Pertama, persetujuan laporan tahunan 2022, termasuk pengesahan laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris Perseroan dan Pengesahan Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan untuk tahun buku 2022.
"Mata acara kedua, yaitu penetapan penggunaan laba perseroan tahun buku 2022," tulismanajemen perseroan dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (25/4).
Ketiga, penetapan remunerasi bagi anggota direksi dan dewan komisaris tahun buku 2023. Dalam mata acara ketiga, perseoan akan melimpahkan wewenang kepada dewan komisaris perusahaan untuk penentuan gaji dan tunjungan lainnya atas anggota direksi perseroan.
"Selanjutnya menentukan gaji dan tunjangan atas dewan komisaris perseroan," katanya.
Keempat, perseroan akan menunjuk kantor akuntan publik (KAP) untuk melakukan audit laporan keuangan perseroan tahun buku 2023. Penunjukkan KAP nantinya akan dibicarakan dan akan meminta persetujuan dalam RUPST.
Kelima, keputusan terkaitperubahan pasal 24 ayat 6 Anggaran Dasar Perseroan untuk disesuaikan dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 14/POJK.04/2022 tentang penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik.
Manajemen perusahaan TAPG mengatakan, pemegang saham yang berhak menghadiri dan diwakili dalam rapat yaitu para pemegang saham perseroan yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan.
TAPG mencatatkan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik induk sepanjang tahun lalu mencapai Rp 2,9 triliun atau naik 155,48% dibandingkan 2021 sebesar Rp 1,1 triliun.
Raihan laba tersebut, antara lain dipengaruhi pendapatan Triputra Agro yang naik 48,86% daro Rp 6,2 triliun pada 2021 menjadi Rp 9,3 triliun. Kenaikan pendapatan ditopang oleh hasil penjualan minyak kelapa sawit Rp 9,2 triliun yang naik 50,3% dibandingkan 2021. Selain itu, kenaikan endapatan dari penjualan karet juga meningkat 35,93% menjadi Rp 26,19 miliar pada tahun lalu.