Lo Kheng Hong yang kerap mendapat julukan sebagai Warren Buffett-nya Indonesia kini makin cuan besar. Sebab kepemilikan Pak Lo biasa ia disapa atas beberapa saham yang dimilikinya pada kuartal I 2023 ini mayoritas mencetak kinerja yang kinclong, bahkan salah satunya ada yang naik 66 kali lipat.
Namun bagaimana dengan kinerja sahamnya dari emiten-emiten tersebut. Berikut lima emiten yang tercantum di dalam portofolio saham Lo Kheng Hong, yakni PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR).
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, untuk saham BMTR ia melihat secara fundamental emiten tersebut lumayan solid dan secara valuasinya masih undervalue. Meski di kuartal I 2023 perseroan membukukan penurunan laba 2,1% menjadi Rp 319,79 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp 326,75 miliar.
“Berdasarkan rasio PER dan PBV masih undervalued dibandingkan emiten emiten holding multi sektor yang lain yang berada di sektor perindustrian. Selain itu kalau dibandingkan emiten rata-rata di sektor media dan hiburan mereka juga lumayan undervalued,” ujarnya kepada Katadata, Selasa (9/5).
Selain itu menjelang kampanye Pemilu ini menjadi katalis positif untuk emiten media terutama emiten media besar yang punya pangsa pasar besar untuk mencaplok kenaikan pendapatan dari iklan. Ia pun merekomendasikan buy untuk BMTR dengan target harga Rp 300 per saham.
Lalu untuk saham DILD, Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan, DILD akan melanjutkan strateginya untuk mengalihkan fokusnya dari segmen bangunan tinggi ke segmen perumahan dan kawasan industri. Proyek perseroan yang sedang berjalan antara lain Talaga Bestari, Serenia Hills, Graha Natura, Batang Industrial Park dan Aeropolis Technopark.
Selanjutnya, perseroan melanjutkan rencananya untuk memonetisasi aset non-inti seperti hotel atau landbank, yang tidak memiliki rencana untuk break ground dalam 5 tahun ke depan.
Meski begitu ada risiko investasi, yakni kenaikan suku bunga hipotek yang lebih cepat dan lebih tinggi dari perkiraan karena kebijakan BI, serta pertumbuhan pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan percepatan biaya dan beban.
Meski begitu ia merekomendasikan mempertahankan DILD dengan peringkat beli, namun dengan target harga yang lebih rendah dari Rp 210 per saham.
Pengamat pasar modal Teguh Hidayat mengatakan, prospek CFIN sebagai perusahaan pembiayaan otomotif tampak masih cerah seiring dengan masih terus meningkatnya volume penjualan mobil dan sepeda motor.
“CFIN bisa multibagger karena memang kalau dari sisi valuasi, CFIN tergolong murah dengan PER hanya 1,3 dan PBV 0,3 kali pada harga saat penutupan perdagangan Jumat (5/5) yakni Rp 394 per saham,” ujarnya.
Namun masalahnya kata Teguh, dari dulu valuasi saham-saham Grup Panin karena alasan tertentu selalu sangat murah. Lalu tak pernah naik hingga PBV-nya menjadi 1,5- 2,0 kali seperti saham-saham berfundamental bagus pada umumnya di BEI.
“Dengan kinerjanya saat ini yang sangat bagus serta prospeknya yang juga masih cerah, maka tidak berani menerapkan target harga 2.500 atau PER 8,0 dan PBV 1,9 kali, alias naik tujuh kali lipat dibanding harga sahamnya saat ini, meski kalau pakai teknik valuasi standar maka memang segitulah target harganya,” kata Teguh.
Sementara untuk saham GJTL dan ANJT, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, juga masih mampu untuk menguat. Bahkan dalam jangka pendek ini dengan durasi satu pekan saham GJTL diprediksinya bisa ke posisi Rp 810-830 per saham. Lalu ANJT bisa ke posisi Rp 725-745 per saham.
Secara teknikal untuk GJTL, ia merekomendasi buy on weakness dengan support 755 dan resistance 800. Penguatan GJTL Senin (8/5) masih mampu ditutup di atas MA5-nya dengan disertai adanya peningkatan volume pembelian.
“Dari sisi indikator MACD dan Stochastic, pergerakannya masih berada di area positif dan masih berpeluang untuk melanjutkan penguatannya, terlebih bila mampu break resistance dengan valid,” katanya.
Begitupun dengan saham ANJT yang juga direkomendasi buy on weakness dengan support 655 dan resistance 700.
Penguatan ANJT Senin kemarin disertai dengan munculnya volume pembelian, bahkan saat ini mampu menembus MA10 dan MA20. Dari sisi indikator MACD, pergerakannya berpeluang untuk goldencross dan dari Stochastic diperkirakan bergerak untuk menguji ke area positifnya.
Pada perdagangan Senin (8/5), GJTL ditutup di harga Rp 795, ANJT Rp 685, DILD Rp 184, BMTR Rp 288, dan CFIN Rp 418 per sahamnya.