Tiga Investor Kakap Jual Saham GOTO Sepanjang Mei

GOTO
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk
23/5/2023, 10.29 WIB

Sejumlah investor institusi gencar menjual sahamnya di perusahaan teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sejak awal Mei 2023. Penjualan saham GOTO dilakukan oleh investor institusi seperti SoftBank untuk merealisasikan keuntungan.

Aksi jual tetap terjadi pada saham GOTO meskipun perusahaan menargetkan dapat mencapai pendapatan sebelum bunga, pajak dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan pada tahun ini.

Lalu, investor mana saja yang melepas saham GOTO selama Mei ini? Berikut daftarnya: 

1. Pemerintah Singapura

Pemerintah Singapura menjual saham GOTO periode 2 hingga 8 Mei 2023. Rinciannya pada 2 Mei 2023, Singapura melepaskan 624,04 juta saham atau setara 0,05% dari jumlah kepemilikan saham. Transaksi tersebut dibantu Citibank, N.A dan Standard Chartered Bank.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dengan penjualan tersebut kepemilikan saham Singapura di GOTO tinggal hanya 64,87 miliar lembar atau setara 5,48%. Jumlah ini mengecil dari sebelumnya 65,50 miliar lembar atau 5,53% pada 28 April 2023.

Keesokan harinya pada 3 Mei, pemerintah Singapura juga melego 586,62 juta saham GOTO. Aksi jual terus berlanjut pada 4 Mei, pemerintah Singapura mengurangi porsi kepemilikannya 274,65 juta saham GOTO. Lalu menjual kembali 177,12 juta saham pada hari yang sama. Kemudian, pada 8 Mei, Singapura menjual 125,94 juta saham miliknya di GOTO. 

2. GOTO Peopleverse Fund (GPF)

GPF merupakan pemegang saham 5% GOTO yang cukup rajin melepas saham emiten teknologi tersebut. Pada Mei 2023 saja, GPF) juga melepas 189,16 juta saham pada 2 Mei 2023.

Perusahaan kembali melakukan aksi jual pada 3 Mei 2023 sebanyak 245,95 juta saham GOTO. Total saham yang dilepas oleh GPF yaitu 435,12 miliar. Saat itu, total kepemilikan saham GPF tinggal menjadi 77,22 miliar atau setara 6,52% dari total keseluruhan saham.

Selanjutnya, pada 4 Mei 2023, GPF melepas 68,73 juta saham GOTO, jumlah itu setara 0,01% dari jumlah kepemilikan saham. Lalu pada 5 Mei 2023, GPF melanjutkan aksi penjualan sejumlah 31,94 juta saham GOTO. Aksi penjualan GPF terus berlanjut pada 8 Mei dengan melepas 103,8 juta saham GOTO.

Pada 9 Mei, GPF kembali melepas 34,6 juta saham dan berlanjut keesokan harinya dengan menjual 22,78 juta saham GOTO. Kemudian, pada 11 Mei hingga 12 Mei, GPF melepas masing-masing sebanyak 350,92 juta saham dan 95,65 juta saham.

Jika dikalkulasi, GPF menjual saham GOTO dengan total 708,44 juta saham saat itu. Dari penjualan saham, kepemilikan GPF terhadap saham GOTO menjadi 76,52 miliar.

3. SoftBank

Perusahaan afiliasi SoftBank, SVT GT Subco menjual 200 juta saham GOTO pada 17 Mei 2023. Akibat dari penjualan saham tersebut, kepemilikan Softbank di saham GOTO terdilusi menjadi 92,02 miliar atau 7,7% dari total jumlah saham dari sebelumnya sebanyak 92,2 miliar saham atau 7,79%.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai, investor institusi sering melepas saham yang sama atau beli saham yang sama secara berkala untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, investor menurutnya tidak perlu terlalu mencermati itu. Sebab, yang lebih penting adalah mencermati fundamental emiten tersebut, termasuk prospek bisnis serta valuasinya.

“SoftBank jual atau beli sahamnya tidak penting. Mereka akan melakukan investasi berdasarkan pedoman investasi mereka dan strategi mereka dan untuk memenuhi kewajiban banknya sendiri. Investor tidak perlu terlalu mencermati itu,” katanya kepada Katadata.co.id dikutip Sabtu (20/5).

Memang secara kinerja, posisi keuangan GOTO masih mengalami kerugian. Namun kerugiannya makin turun dan posisi laba makin membaik. Apalagi ekspektasinya tahun ini GOTO bisa mengubah labanya yang negatif menjadi positif.

Sampai dengan kuartal pertama 2023, GOTO mencatatkan penurunan kerugian bersih sebesar 40,3% pada kuartal pertama 2023 menjadi Rp 3,86 triliun dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat senilai Rp 6,47 triliun. Sementara itu, pendapatan bersihnya naik 123% menjadi Rp 3,3 triliun dari tahun sebelumnya Rp 1,5 triliun.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail