BEI Pantau Transaksi Saham Berkah Beton Sedaya Usai Bergerak Tak Wajar
Saham emiten konstruksi PT Berkah Beton Sedaya Tbk (BEBS) menjadi perhatian pelaku pasar setelah tiba-tiba menyentuh naik 9,68% pada sesi pra penutupan perdagangan Jumat (26/5) pekan lalu. Padahal, seharian saham BEBS bergerak di zona merah.
Nilai transaksinya juga hanya mencapai Rp 22,37 juta dengan frekuensi sebanyak 34 kali dengan volume 76 ribu. Selama sebulan perdagangan terakhir, saham BEBS tertekan 46,55%. Sedangkan, bila dilihat sejak awal tahun, sahamnya anjlok 57,03%.
Otoritas bursa turut merespons fenomena pergerakan saham yang tiba-tiba ARA ini. Sekretaris Perusahaan BEI, Yulianto Aji Sadono, dalam keterangan resminya mengungkapkan, berkenaan dengan fenomena pembentukan harga satu efek tertentu pada sesi pra penutupan di JATS, BEI sedang melakukan tindak lanjut berupa penelaahan dan analisis untuk mengidentifikasi hal tersebut.
"Tindak lanjut ini merupakan upaya BEI untuk menjaga perdagangan Efek di Bursa agar dapat tetap berjalan dengan teratur, wajar, dan efisien," kata Aji Sadono, Senin (29/5).
Pengamat pasar modal dan juga pendiri Avere Investama, Teguh Hidayat, juga menyoroti adanya kejanggalan dalam transaksi saham Berkah Beton Sedaya. Menurut Teguh, seharusnya saham BEBS bisa mengalami kenaikan jika perusahaan sekuritas mengeksekusi semua permintaan pembelian (offer) saham yang masuk dari investor.
Namun, hingga perdagangan usai, tidak terdapat permintaan beli dari investor, yang ada hanyalah antrean investor menjual saham BEBS. "Artinya tidak usah pakai modal miliaran, saham tidak jelas juga bisa digoreng sampai ARA (auto reject atas) setiap hari," tulisnya di akun Twitter.
Lantas, siapakah BEBS? Berdasarkan komposisi pemegang sahamnya sampai dengan 30 April 2023, perusahaan ini dikendalikan oleh PT Berkah Global Investama dengan kepemilikan 33,16%. Sebanyak 55,21% pemegang sahamnya adalah investor publik.
Lainnya adalah pemegang saham individu dengan kepemilikan kurang dari 5% antara lain Sugiawarti Lucky 4,98%, Soewarso 1,36%, Haji Herdis Sudana 1,11%, Shierly Dyanne Wijaya 0,44%, Heri Santoso 0,16%. Sedangkan, PT Cipta Ihya Nusantara menguasai 2,22% dan PT Berkah Multi Beton 1,36%.
Katadata mencatat, sejak pertama kali melantai di bursa pada 10 Maret 2021 dan menghimpun dana Rp 200 miliar, perusahaan ini beberapa kali masuk dalam emiten yang sahamnya bergerak di luar kewajaran atau unusual market activity (UMA) dan pernah disuspensi bursa.
Saham BEBS masuk UMA pada 18 Maret dan 26 Agustus 2021. Kemudian, otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan sahamnya pada 14-15 September 2021. Suspensi saham BEBS juga berlanjut pada 18 Januari 2023 dan berakhir 8 Mei 2023.
Berkah Beton terakhir kali mempublikasikan laporan keuangannya pada 31 Maret 2023 dengan meraup laba bersih Rp 45,03 miliar dan membukukan pendapatan Rp 188,58 miliar.
Adapun, asetnya mencapai Rp 872,73 miliar yang terdiri dari ekuitas Rp 807,92 miliar dan liabilitas Rp 55,90 miliar. Arus kasnya tercatat senilai Rp 44,79 miliar.
Pada perdagangan awal pekan ini, saham BEBS anjlok menyentuh batasan auto reject bawah (ARB) dengan pelemahan 6,47% ke level Rp 318 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 14,31 triliun.