Fakhrul menjelaskan, metode perhitungan indeks seperti MSCI, selain memperhitungkan volume dan likuiditas transaksi juga memasukan faktor free float. Data menunjukkan free float saham GOTO sangat besar sehingga berdampak pada potensial demand yang tinggi atas saham tersebut.
“Bobot saham GOTO di IHSG saja mencapai 3%, kemudian free float juga berada di kisaran 60%-an. Kenaikan volume yang besar saat terjadi rebalancing merupakan hal yang wajar," ujarnya.
Menariknya lagi, saham GOTO yang tembus ARA juga membuat IHSG yang tadinya terbenam di zona merah di menit-menit terakhir tiba-tiba terkerek naik pada Rabu pekan lalu. IHSG yang sebelumnya sempat ambles 1,1% dalam sekejap memangkas koreksi menjadi 0,05%.
“GOTO merupakan emiten di BEI dengan bobot tergolong besar. Dengan weight mencapai 3,15% maka GOTO menjadi konstituen IHSG dengan bobot terbesar setelah BBRI, BBCA, TLKM, BMRI dan ASII," kata Andrew Susilo analis MNC Sekuritas.
Menurut perhitungan Andrew, setiap kenaikan 1% harga saham GOTO, dengan asumsi bahwa harga saham big cap lainnya stagnan, maka indeks dalam hal ini adalah IHSG bisa terkerek naik 0,03%. Menurut dia, masuknya investor asing ke saham GOTO juga sudah terjadi saat pengumuman inklusi indeks MSCI. Jika dihitung sejak 9 Mei 2023, investor asing selama 16 hari perdagangan beruntun mengakumulasi pembelian saham GOTO mencapai Rp 4,66 triliun atau dengan asumsi kurs Rp 15.000/USD.
"Nilainya setara dengan hampir US$ 311 juta atau sesuai dengan ekspektasi kami yang memperkirakan ada potensi inflow sebesar US$ 300 juta sebelumnya," kata Andrew.
Bila dilihat lebih lanjut, nilai net buy asing pada saham GOTO tertinggi terjadi pada 31 Mei 2023 dan terendah pada 9 Mei 2023. Rata-rata net buy asing sejak pekan kedua Mei 2023 mencapai Rp 291,4 miliar per hari.
Andre menilai, masuknya GOTO menjadi penghuni indeks FTSE dan MSCI memang menjadi katalis positif untuk harga saham. "Namun yang patut juga diingat, GOTO telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat profitabilitas," ujarnya.