Indeks Saham Syariah Anjlok Berjamaah, BEI: Karena Mekanisme Pasar

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Karyawan berjalan di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (17/5/2023). IHSG BEI pada sehari sebelum hari libur nasional Kenaikan Isa Almasih ditutup melemah 13,45 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.663,11seiring pelemahan bursa saham di kawasan Asia dan global.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
15/6/2023, 16.14 WIB

Berbagai indeks saham syariah mengalami penurunan sejak awal tahun 2023. Melansir data Bursa Efek Indonesia secara year to date, Jakarta Islamic Index sudah menurun hingga 5,87%, begitupun dengan Indonesia Sharia Stock Index yang merosot 7,16%, Jakarta Islamic Index anjlok 4,29%, IDX-MES BUMN 17 turun 5,29% dan IDX Sharia Growth juga ambruk 5,23%

Menanggapi hal tersebut, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, kenaikan dan penurunan indeks disebabkan oleh mekanisme pasar. Dalam hal ini, Bursa tidak memiliki kewenangan dalam mengatur pergerakan pasar. 

“Itu dibentuk oleh pasar, melihat kondisi saat ini mungkin wajar,” ujar Jeffrey saat ditemui di acara Sharia Investment Week (SIW) 2023, Kamis (15/6).

Terkait pengembangan jumlah investor syariah, Jeffrey mengatakan bahwa BEI menargetkan pertumbuhan investor saham syariah sebanyak 20% hingga 30% untuk tahun 2023.

“Karena untuk fokus pengenalan produk untuk syariah ada satu tahap sebelumnya terkait fiqih apakah investasi saham sesuai dengan kaidah syariah,” ujar Jeffrey.

Diberitakan sebelumnya, Jeffrey memaparkan, pasar modal syariah juga mengalami pertumbuhan yang pesat selama 10 tahun terakhir. Jumlah saham syariah hanya ada 314 saham pada 2011. Dalam perkembangannya, pada September 2022, saham syariah bertambah menjadi 493 saham atau tumbuh 56,7%. 

“Peningkatan dari jumlah juga didukung dengan pertumbuhan aktivitas transaksi saham syariah yang rata-rata pertumbuhan yaitu 9,8% per tahun, dari angka Rp 3,03 triliun. Rata-rata per hari saat ini sudah mencapai angka Rp 7,74 triliun," kata Jeffrey (28/10).

Reporter: Zahwa Madjid