Rapat Umum Pemegang Saham PT Bukit Asam Tbk atau PTBA sepakat menyetujui pembagian dividen Rp 12,6 triliun atau 100% dari laba bersih perseroan tahun buku 2022. Nantinya para pemegang saham akan mendapatkan dividen senilai Rp 1.094 per saham.
Dividen jumbo itu diberikan mengingat kinerja keuangan PTBA yang melesat tajam faktor booming komoditas di tahun lalu. Jika dihitung berdasarkan harga saat ini di level Rp 3.970, maka potensi yield yang diberikan setara 27,5%.
Founder dan CEO Emtrade Ellen May menilai, secara umum saham PTBA saat ini dipengaruhi oleh pembagian dividen jumbo dari laba tahun 2022. Namun ia meyakini bahwa kenaikan harga saham tersebut tidak akan berlangsung lama. Harga saham masih bisa naik hingga tanggal cum date, namun setelah ex date harganya akan turun. Bahkan penurunannya bisa menyentuh auto reject bawah lebih dari satu hari perdagangan.
Dalam hal ini maka investor diminta berhati-hati terkena jebakan dividen atau dividend trap. Cum date adalah tanggal terakhir untuk seorang investor mendaftarkan diri ke suatu perusahaan untuk mendapatkan dividen dari kepemilikan sahamnya. Sedangkan ex date merupakan tanggal pertama investor sudah boleh menjual saham jika sudah mendapatkan hak atas dividen.
“Kalau mau beli sekarang dan tunggu sampai ex dividend pasti akan turun harga sahamnya dan mungkin kamu tidak bisa keluar,” ujar Ellen dalam siaran langsung Instagramnya dikutip Jumat (16/6).
Adapun hingga saat ini jadwal resmi pembayaran belum dirilis oleh perseroan.
Kendati demikian, Ellen mengatakan, tak ada salahnya jika investor ingin membeli saham PTBA karena tergiur dividen jumbo. Sebab keuntungan dari dividen dan potensi kenaikannya dinilai bisa menutup kerugiannya. Bahkan bila dibandingkan dengan menaruh uang di deposito, maka menaruh uang di saham PTBA menurutnya masih lebih menguntungkan.
“Investasi apa yang kamu diam saja investasi dapat 30% dan ini cuma di saham saja dan ini langka sekali,” katanya.
Untuk itu, Ellen mengingatkan investor jika mau berinvestasi saham hanya untuk mengejar dividen jumbo ini maka harus dipakai uang dingin. Uang dingin adalah uang yang tidak digunakan dalam waktu dekat maupun untuk keadaan darurat alias bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Jika sudah berani dividend investing kamu tidak usah takut penurunan harga saham dan yang dimasukkan jangan uang panas,” ujar Ellen.
Lebih lanjut menilik sejarah PTBA, Ellen mengatakan bahwa emiten saham batu bara ini masih layak untuk dikoleksi. Karena secara historikal, perseroan termasuk emiten yang royal membagikan dividen tiap tahunnya. Bahkan jumlahnya terbilang jumbo.
Walaupun dividen di tahun buku 2023 yang akan dibagikan ke investor diprediksinya tidak lebih besar dari tahun buku 2022. Hal itu terimbas dari harga batu bara yang sudah anjlok hingga 70% pada tahun 2023. Sehingga laba emiten batu bara pelat merah tersebut diyakini akan tergerus cukup dalam pada tahun ini.
“Kemungkinan besar hanya belasan persen atau paling rendah bisa 8%-9%, tapi itu masih bagus dibandingkan investasi di deposito maupun obligasi,” ujar Ellen May.
Mengutip Emtrade, dividen PTBA tahun ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu. Pada tahun 2022, total pembayaran dividennya hanya mencapai Rp 7,9 triliun dengan dividend per share (DPS) Rp 688,5 saja. Itu berarti total dividen PTBA tahun 2023 naik hampir 60%. Begitu pun dengan DPS-nya.
Hal tersebut didorong oleh kinerja capaian laba bersih PTBA yang tumbuh signifikan sepanjang 2022, yakni Rp 12,8 triliun atau naik 62% secara tahunan. Jumlah ini juga merupakan rekor laba bersih tertinggi sepanjang sejarah perseroan.
Sementara itu hingga tiga bulan pertama tahun ini, PTBA mencatatkan kenaikan pendapatan naik 21,3% menjadi Rp 9,9 triliun dari Rp 8,2 triliun pada periode sama tahun lalu. Sayangnya, laba bersih turun 49% menjadi Rp 1,2 triliun dari Rp 2,3 triliun.
Hal tersebut disebabkan oleh harga rata-rata penjualan campuran turun 9% menjadi US$ 74 per ton dari US$ 80,6 per ton. Adapun beban pokok pendapatan bertambah 66,1% menjadi Rp 7,9 triliun karena biaya jasa penambangan meningkat 40% menjadi Rp 2 triliun. Tidak hanya itu, jasa angkutan kereta api naik 59,7% menjadi Rp 2 triliun dan pembayaran royalti ke pemerintah naik 165% menjadi Rp1,3 triliun.
Sebagai informasi, hingga pukul 14.30 hari ini saham PTBA sudah melonjak 6,89% ke level Rp 3,.870. Secara year to date, sahamnya meningkat 4,88%.