Harga saham PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU) atau Mutu International menyentuh batas atas atau auto reject atas (ARA) pada debut perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (9/8). Hingga pukul 09.30 WIB saham MUTU naik 34,26% menjadi Rp 145 dari harga awal perdagangan Rp 108.

Volume perdagangan mencapai 26,56 juta dengan nilai transaksi Rp 3,85 miliar dan frekuensi 4.805 kali. Sedangkan kapitalisasi pasar mencapai Rp 455,7 miliar

Saham MUTU memang ramai menjadi incaran para pelaku pasar. Hal ini tercermin dari kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 252 kali saat penawaran umum menjelang pencatatan umum perdana atau initial public offering (IPO) saham di BEI.

Kenaikan harga saham MUTU hingga menembus ARA sejalan dengan bisnis jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi (testing, inspection, and certification) atau TIC yang memiliki prospek cerah di Indonesia. Apalagi bursa karbon segera meluncur September bulan depan.

Direktur Operasional MUTU International Irham Budiman mengatakan, secara sektoral bisnis TIC memiliki prospek cerah di Indonesia maupun secara global. Hal ini karena nilai pasar TIC Indonesia saat ini baru mencapai Rp 20 triliun, sementara nilai pasar TIC global di tahun 2027 diperkirakan mencapai US$ 270 miliar atau sekitar Rp 4.000 triliun. 

“Kami optimis dengan peluang pasar yang masih sangat besar untuk dikembangkan oleh MUTU ke depan. Ditambah adanya bursa karbon yang peraturannya baru saja dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan,” ucap Irham saat listing MUTU International di BEI, Rabu (9/8).

MUTU mendukung rencana OJK ini karena MUTU sudah menjadi Lembaga Validasi dan Verifikasi (LVV) Gas Rumah Kaca yang terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). Serta menjadi LVV pertama yang terdaftar di Sistem Registrasi Nasional. 

“Sebelum bursa karbon hadir di Indonesia, MUTU telah terlebih dahulu merambah pasar tersebut sejak tahun 2015. Dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki, MUTU telah memfasilitasi negara-negara Eropa untuk menerbitkan hingga ratusan sertifikat dengan skema International Sustainable Carbon Certification (ISCC),” kata ia.

Saat ini MUTU telah memiliki satu kantor pusat dan sembilan kantor cabang dan laboratorium yang berada di Medan, Pekanbaru, Pangkalan Bun, Samarinda, Batam, Pontianak, Makassar, Luwuk dan Banjarbaru.

Ke depan, perseroan juga menargetkan untuk melanjutkan ekspansi memasuki kota lain dengan membangun laboratorium dan kantor cabang diantaranya di Jawa Timur, Aceh, Sumatera Selatan, Jambi, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Kalimantan. 

Dari sisi kinerja keuangan, Direktur Keuangan MUTU International Sumarna menyebut perseroan berhasil mencatatkan kinerja yang solid hingga akhir 2022. Per Desember 2022, perseroan berhasil mencatatkan pendapatan Rp 281,82 miliar atau meningkat 24,47% dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 yang tercatat Rp 226,41 miliar. 

Sementara dari sisi bottom line atau laba tahun berjalan MUTU hingga akhir tahun 2022 tercatat sebesar Rp 36,78 miliar. Laba tercatat tumbuh 90,38% dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 yang tercatat sebesar Rp 19,32 miliar. 

“Penjualan per segmen MUTU dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2022 menunjukkan pertumbuhan. Di mana produk pengujian dan sertifikasi tumbuh dengan stabil. Selain itu, nilai CAGR pertumbuhan penjualan MUTU selama tahun 2020 sampai 2022 mencapai 11,87%,” ujar Sumarna.

Reporter: Zahwa Madjid