Saham Gajah Tunggal Anjlok Usai Lo Kheng Hong Kurangi Kepemilikan

Istimewa
Saham GJTL kembali mencatatkan penurunan awal pekan ini usai salah satu investornya, Lo Kheng Hong tidak lagi menjadi daftar pemegang saham dengan kepemilikan 5%.
Penulis: Syahrizal Sidik
14/8/2023, 11.57 WIB

Saham emiten produsen ban, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) anjlok lebih dari 4% pada perdagangan awal pekan ini, Senin (14/8) ke level Rp 875 setiap unitnya.

Hingga pukul 11.32 WIB, saham Gajah Tunggal diperdagangkan sebanyak 5.623 kali degan volume sebanyak 51,38 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp 44,60 miliar.

Bila dilihat sejak awal tahun ini, saham GJTL tercatat naik 57% dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 3,08 triliun. Namun, dalam sebulan terakhir, sahamnya turun 19,18%.

Sebagaimana diketahui, saham GJTL mencatatkan tren penurunan meskipun perusahaan mampu mencatatkan perbaikan kinerja keuangan. Gajah Tunggal meraup laba Rp 359 miliar di semester pertama 2023 dibanding periode sama di tahun sebelumnya rugi Rp 63,8 miliar.

Meski labanya meningkat, penjualan bersih mengalami penurunan 2,05% menjadi Rp 8,11 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,28 triliun.

Sementara itu, salah satu pemegang sahamnya, Lo Kheng Hong, hingga 31 Juli 2023 ini namanya sudah menghilang dari daftar pemegang saham dengan kepemilikan lebih dari 5%. Ia terus mengakamulasi penjualan saham Gajah Tunggal miliknya.

Pada 10 Juli 2023 lalu, kepemilikan sahamnya tercatat sebanyak 175,12 juta saham atau setara 5,03%. Jumlah tersebut berkurang sebanyak 4,88 juta saham atau 0,14%. Pada 7 Juli 2023, Lo Kheng Hong tercatat masih memiliki sebanyak 180 juta saham atau 5,17%.

Saat ini, Denham Pte Ltd tercatat sebagai pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 49,50%, kemudian Michelin sebesar 10%. Pemegang saham publik 40% dan investor individu yakni Kisyuwono dengan kepemilikan 200 ribu lembar saham dan Lei Huai Chin sebanyak 4.500 saham. Nilai kepemilikan keduanya tak mencapai 1% saham.

Catatan Katadata, Lo Kheng Hong beberapa waktu lalu sempat mengungkapkan alasannya membeli saham Gajah Tunggal, karena melihat prospek perseroan yang masih bagus. Dia mengatakan, Gajah Tunggal termasuk pabrik ban terbesar di Asia Tenggara dengan penjualan Rp 9,6 triliun selama sembilan bulan pertama 2020 lalu.

“Terakhir saya membeli di harga Rp 650. Itu price to book value 0,36 kali, murah sekali,” kata dia.

Gajah Tunggal didirikan pada 1951 sebagai produsen ban sepeda dan selama bertahun-tahun memperluas kapasitas produksi hingga ban sepeda motor, kendaraan penumpang, dan komersial.

Perusahaan mulai memproduksi ban sepeda motor pada 1971 dan mulai memproduksi ban untuk penumpang dan kendaraan komersial pada 1981. Pada 1993, Gajah Tunggal mulai memproduksi dan menjual ban GT Radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.