Saham-saham teknologi di Bursa Efek Indonesia masih belum bangkit seusai pandemi. IDXTechno, saham yang menaungi saham teknologi di bursa turun 13,44% atau 695,69 poin ke level 4.472,38 sejak awal tahun ini.
Sementara, dalam satu tahun terakhir, IDXTechno merosot 44,76% atau 3.618,14 poin ke level 4.476,03. Namun, IDXTechno pada perdagangan Senin (14/8) ini bergerak menguat 0,70% atau 31,34 poin ke level 4.478.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, M Nafan Aji Gusta, berpendapat saham emiten teknologi di bursa sedianya masih memiliki ruang untuk terus bertumbuh dan menjadi penggerak bagi IHSG. "Saham teknologi masih dalam batas improving, punya ruang sebagai leading sektor," ujar Nafan, saat dihubungi Katadata, belum lama ini.
Tidak bisa dipungkiri, sejak tahun lalu setelah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve mengerek suku bunga acuan ketat, saham-saham teknologi ikut terbebani kebijakan bunga tinggi. Hal ini yang menyebabkan pelaku pasar melakukan aksi jual di saham teknologi. Padahal, di saat pandemi melanda sekitar tahun 2021, saham teknologi sempat naik ratusan persen.
Meski begitu, kata Nafan, saat ini pelaku pasar mencermati kemampuan perusahaan di sektor teknologi dalam kemampuannya menghasilkan profitabilitas. "Sehingga sahamnya menjadi menarik bagi investor," ujarnya.
Lalu bagaimana kinerja emiten-emiten di sektor teknologi di BEI?
1. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 15.30 WIB, harga saham GOTO menguat 1,10 ke level Rp 92 dari level harga penutupan pada Jumat (11/8), yakni Rp 91. Sahamnya sempat menyentuh zona merah dengan level terendahnya Rp 90 per saham. Dalam setahun terakhir, saham GOTO turun 70,45%.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 1,42 miliar dengan nilai transaksi Rp 130,86 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 16.406 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 108,96 triliun.
2. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)
Bukalapak menunjukkan penguatan saham ke level Rp 238 naik 4,39%. Padahal harga penutupan sahamnya di Jumat (11/8) pekan lalu Rp 228 per saham. Sejak pembukaan perdagangan saham BUKA belum memperlihatkan pelemahan, harga sahamnya dalam rentang Rp 228 sampai Rp 238. Setahun terakhir ini, saham BUKA terkoreksi 17,36%.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 135,34 juta dengan nilai transaksi Rp 31,73 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 6.307 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 24,53 triliun.
3. PT Global Digital Niaga Tbk (BELI)
Saham BELI terpantau bergerak datar di level Rp 454 per saham. Saat pembukaan perdagangan sahamnya berada di zona merah dengan level terendahnya Rp 452 per saham. Namun harga saham BELI sempat terkerek di level Rp 456 per saham. Emiten e-commerce milik Grup Djarum sejak awal tahun sahamnya turun 3,40%.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 824,10 juta dengan nilai transaksi Rp 374,08 juta. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 64 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 53,80 triliun
4. PT Wir Asia Tbk (WIRG)
Harga saham WIRG menguat 1,52% ke level Rp 134 dari level harga penutupan pada Jumat (11/8), yakni Rp 132. Sejak setahun terakhir, saham pengembang metaverse ini juga turun 75,89%.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 20,7 juta dengan nilai transaksi Rp 2,78 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 1.324 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 1,60 triliun.
5. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
Namun, harga saham EMTK anjlok 1,59% ke level Rp 620 dari level harga penutupan pada Jumat (11/8), yakni Rp 630. Sahamnya sempat menyentuh zona hijau dengan level tertingginya Rp 635 per saham. Bila melihat setahun terakhir, saham EMTK melemah 66,58%.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 18,02 juta dengan nilai transaksi Rp 11,16 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 2.208 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 37,92 triliun.