Saham emiten perkebunan kelapa sawit bergerak variatif setelah pemerintah resmi meluncurkan Bursa CPO Indonesia pada Jumat ini (13/10) dengan menunjuk Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) sebagai penyelenggara.
Persetujuan ICDX menjadi penyelenggara Bursa Sawit tertuang dalam Keputusan Kepala Bappebti No.1/Bappebti/SC-SCPO/10/2023 pada tanggal 9 Oktober 2023. Bursa Sawit ditargetkan dapat beroperasi secara penuh pada 23 Oktober 2023 mendatang. Saat ini, baru 18 perusahaan yang bergabung dengan bursa komoditas crude palm oil (CPO) tersebut.
Berdasarkan data perdagangan di Bursa Efek Indonesia, saham yang menaungi sektor kelapa sawit, yakni sektor barang konsumen primer atau IDX Non Cyclicals mengalami kenaikan 0,40%.
Sementara di pasar global, merujuk Trading Economics, hari ini juga mengalami kenaikan 1,76% menjadi RM 3.704 per ton. Harga CPO sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada 25 April 2022 lalu dengan menembus RM 7.104 per ton.
Beberapa saham emiten sawit yang misalnya hari ini mengalami kenaikan antara lain, emiten sawit Grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 0,34% ke level Rp 7.275 per saham. Kenaikan juga terjadi di emiten sawit milik Grup Salim, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) naik 0,51% ke level Rp 980 per saham. Kemudian, saham emiten sawit PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) milik pengusaha Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam, juga naik 2,20% ke level Rp 186 per saham.
Sementara itu, sejumlah emiten sawit lain mengalami penurunan, yakni PT Salim Invomas Pratama Tbk (SIMP) turun 0,51% di level Rp 388 per saham, PT Sinar Mas Agro Recources and Technology Tbk (SMAR) melemah 0,46% ke level Rp 4.300 per saham. Emite sawit Grup Triputra, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) terkoreksi 0,92% ke level Rp 540 per saham.
Selanjutnya, saham sawit PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) tergelincir 0,87% ke level Rp 114 per saham, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) turun 1,69% ke level Rp 58 per saham, PT Gozco Plantation Tbk (GZCO) terjerembap 1,05% ke level 94 per saham.
Untuk diketahui, peluncuran bursa CPO ini sebagai respons pemerintah mengingat Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia dengan nilai ekspor mencapai US$ 30 miliar.
Namun, harga acuan CPO global masih merujuk pada bursa di luar negeri. Kehadiran Bursa CPO di dalam negeri diharapkan dapat menemukan harga riil CPO di dalam negeri sekaligus mendongrak harga komoditas tersebut.