Lo Kheng Hong Berbagi Cerita Lalui 5 Kali Tahun Pemilu

Katadata
(kiri ke kanan) Lo Kheng Hong, Investor, Prof. Eduardus Tandelilin, Ph.D., Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, dan Joshua Tanja, Managing Director UBS Indonesia? dalam seminar Investor sebagai Pemenang di Tahun Politik, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (26/10).
Penulis: Lona Olavia
26/10/2023, 17.55 WIB

Pesta demokrasi akbar bagi rakyat Indonesia akan dilangsungkan pada 14 Februari 2024 melalui Pemilihan Umum (Pemilu) serentak.

Saat ini sudah ada tiga nama pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang sudah mengumumkan akan berlaga pada kontestasi politik pada tahun depan, yakni Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo – Mahfud MD, dan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming. Sama seperti Pemilu sebelumnya, pesta demokrasi lima tahunan esok diprediksi bakal berlangsung meriah.

Di sisi lain sebagai investor yang sudah berpengalaman selama 34 tahun di dunia pasar modal, Lo Kheng Hong pun membagikan pandangannya saat Pemilu.

“Saya banyak sekali melalui Pemilu, tahun 2019, 2014, 2009, 2004, 1999. Biasanya menjelang Pemilu, masyarakat biasanya menahan diri tidak membeli, tetapi sehabis Pemilu situasinya baik, tidak ada apa-apa, sehingga biasanya saham pada naik. Itu yang saya alami,” ujarnya dalam seminar Investor sebagai Pemenang di Tahun Politik, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (26/10). 

Namun bagi Pak Lo biasa ia disapa, seperti yang sudah pernah disampaikannya bahwa Pilpres menurutnya tak terlalu membuatnya bingung atas saham-saham apa yang akan menarik nantinya. Hal itu tak mengherankan mengingat Pak Lo dikenal sebagai investor bertipe value investing, investasi berbasis nilai atau jangka panjang. 

"Tetapi ketika saya beli saham, saya tidak dikaitkan dengan faktor Pemilu, sosial, ekonomi politik. Itu semua saya abaikan. Ketika saya beli saham suatu perusahaan tentu saya lihat kinerjanya. Kalau Ini perusahaan sahamnya murah, meski beberapa bulan lagi ada Pemilu, saya tidak peduli, saya akan tetap beli,” ujar pria yang sering disebut Warren Buffet asal Indonesia tersebut.

Ketika menemukan Mercy harga Bajaj, investor kawakan tersebut mengaku tidak memperdulikan faktor-faktor tersebut. “Pembelian saham hanya melihat kinerja perusahaan dan valuasinya,” katanya.

Kembali sebagai tips membeli saham, Pak Lo menegaskan bahwa investor jangan sampai membeli saham yang tidak diketahuinya atau ibaratnya membeli kucing dalam karung. Ia juga meminta investor jangan sampai main saham gorengan. 

“Belilah kinerja perusahaan yang bagus, kemudian kita menunggu sampai dia naik kembali. Cari, jangan pernah beli kucing dalam karung. Baca laporan keuangannya karena itu kunci keberhasilan seorang investor saham, tidak ada cara lain,” ujar Pak Lo. 

Sementara, Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Eduardus Tandelilin dalam seminar yang sama mengatakan bahwa biasanya jika petahana atau incumbent yang menang dalam Pilpres maka saham perusahaan yang memiliki hubungannya akan mengikuti kenaikan. Hal ini lumrah terjadi di setiap negara. 

Namun untuk tahun depan, yang akan maju di Pilpres Indonesia bukan berasal dari incumbent maka dampaknya akan berbeda. Meski begitu harga saham tak hanya ditentukan oleh faktor politik, namun juga karena hal lainnya.

Managing Director UBS Indonesia​ Joshua Tanja meyakini laba perusahaan di tahun depan anak naik 10%, sejalan dengan perekonomian nasional yang diyakini akan tetap membaik. Apalagi stabilitas ekonomi nasional bisa terjaga di tengah resesi dunia. Sehingga arus dana asing yang masuk bisa lebih membaik.

“Ekonomi kita stabil. Jadi saya cukup optimis oleh prospek pasar modal di tahun depan,” katanya.