Kinerja PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel hingga September 2023 tumbuh 16,5% secara tahunan menjadi Rp 1,43 triliun. Laba yang naik tersebut mencerminkan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) itu menjadi salah satu perusahaan menara yang terbaik di Indonesia.

Saat ini selain menara, MTEL akan berfokus pada jaringan fiber yang telah tumbuh secara masif hingga kuartal tiga 2023 dengan memiliki 29.042 kilometer.

Adapun MTEL mencetak pendapatan senilai Rp 6,27 triliun pada kuartal tiga 2023, meningkat 11,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,6 triliun.

Secara historikal, banyak fund asing maupun lokal yang jelang akhir tahun yang gemar mengakumulasi saham ini. Sejak IPO, rata - rata MTEL ditutup pada level Rp 800 – 830 per saham.

Pergerakan saham MTEL belakangan ini cukup ramai dengan transaksi yang besar, apakah ini pertanda fund manager mulai kembali melakukan window dressing. Hal ini mengingat pemegang saham terbesar adalah Telkom dan PT Maleo Investasi Indonesia (Sovereign Wealth Fund/SWF).

Window dressing memang kerap digunakan menjelang akhir tahun sebagai strategi para manajer investasi untuk meningkatkan kinerja portofolio.

Pada penutupan perdagangan Senin (27/11), saham MTEL ditutup stagnan di Rp 700 per lembar. Selama sebulan terakhir saham MTEL naik 10,24%.

Analis UOB Kay Hian Paula Ruth mengatakan, di September 2023 net debt to EBITDA MTEL ada di 1,96 kali alias sangat rendah dibandingkan dengan industri sejenis yaitu 5.1 kali. Keuntungan lainnya adalah pembelian 54 menara dari PT XL Axiata Tbk pada 23 September lalu yang telah disewakan kembali kepada XL Axiata.

Sementara Analis BRI Danareksa Niko Maragonis mengatakan, potensi pertumbuhan EBITDA dua digit untuk proyeksi tahun 2023 hingga 2025 yang disebabkan merger dan akuisisi di sektor ini, membuatnya merekomendasikan beli saham MTEL dengan target Rp 960 per lembar.