Indeks saham bursa Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (1/12) lalu. Indeks S&P 500 di bursa AS melonjak ke level penutupan tertinggi sepanjang 2023 memperpanjang kenaikan bulan November ke bulan baru.
Mengutip CNBC, indeks pasar secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 0,59% dan menutup sesi di level 4.594,63. Nasdaq Composite, yang fokus pada sektor teknologi, menguat 0,55% ke level 14.305,03. Dow Jones Industrial Average juga meningkat 294,61 poin atau 0,82%, menyelesaikan perdagangan di level 36.245,50.
Sementara itu, Indeks Dow Jones mencapai puncak baru sekaligus mendorong kenaikan sepanjang tahun 2023 hingga mencapai hampir 9,4% pada Jumat lalu. Saat mencapai level tertinggi baru untuk tahun ini, Dow mengakhiri bulan ini dengan performa terbaiknya dalam lebih dari satu tahun.
Indeks S&P 500 juga ditutup pada level tertinggi sejak Maret 2022. Laju indeks S&P 500 ditopang oleh saham-saham seperti Ulta Beauty dan Boston Properties dengan kenaikan masing-masing sebesar 10,8% dan 11,2%. Sementara itu, saham Paramount melonjak sebesar 9,8%.
Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengecewakan ekspektasi pasar dengan menolak ide penurunan suku bunga ke depan, akhir pekan lalu. Ia menyatakan bahwa masih terlalu awal untuk menyimpulkan dengan tegas mengenai ketatnya kebijakan moneter.
Meskipun demikian, imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun seiring penguatan ekuitas pada Jumat (1/31). Hal ini terjadi karena para pedagang menginterpretasikan pernyataan The Fed sebagai isyarat bahwa bank sentral paling tidak sudah selesai dengan kenaikan suku bunga. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS dengan tenor sepuluh tahun juga turun lebih dari 13 basis poin menjadi 4,213%.
Mona Mahajan, Senior Investment Strategist dari Edward Jones, mengidentifikasi tiga faktor yang mendorong pergerakan tersebut. Pertama, adanya faktor inflasi. Kedua, kecenderungan The Fed untuk agak berhati-hati atau menahan diri dalam kebijakan moneter. Ketiga, Mahajan mengamati ada tanda-tandaperlambatan ekonomi, meskipun prosesnya terjadi dengan kecepatan secara bertahap.
"Ini hampir seperti pendinginan Goldilocks. Tidak terlalu panas. Tidak terlalu dingin. Itulah yang sedang dirangkul oleh pasar," kata Mahajan seperti dikutip CNBC, Senin (4/12).
Mahajan menambahkan pelaku pasar tampaknya memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuan tetapi tidak sampai paruh kedua tahun 2024.
Peningkatan besar harga saham pada November sebagian disebabkan oleh kepercayaan para pialang bahwa The Fed telah selesai menaikkan suku bunga. Bahkan, The Fed mungkin akan memulai pemangkasan pada paruh pertama tahun mendatang. Keputusan terkait suku bunga oleh The Fed akan diumumkan pada 13 Desember mendatang.
Pergerakan indeks terjadi karena lonjakan besar yang terjadi sepanjang bulan November. Kenaikan itu berhasil menghentikan tren penurunan selama tiga bulan berturut-turut. S&P dan Nasdaq masing-masing mencatat peningkatan sebesar 8,9% dan 10,7%, untuk mencatatkan kinerja bulanan terbaik sejak Juli 2022. Dow melonjak 8,8% ke level tertinggi sejak Oktober 2022.
Dalam sepekan terakhir, S&P 500 naik sebesar 0,77%, sementara Dow melesat 2,4%. Nasdaq juga menunjukkan kenaikan sebesar 0,38%. Hal ini menandai kenaikan mingguan kelima secara beruntun untuk indeks-indeks utama.
Selain itu, Desember biasanya menjadi bulan yang kuat bagi pasar saham, dan sejarah menunjukkan bahwa bulan ini sebelumnya sering memberikan keuntungan besar bagi ekuitas, terutama dalam tahun sebelum pemilihan umum presiden.