Mandiri Sekuritas memproyeksikan tren aksi jual bersih atau net sell investor asing di pasar modal domestik akan mulai reda pada 2024 mendatang. Investor asing masih menaruh minat besar bagi bursa saham Indonesia karena sejumlah faktor.
Bila mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun ini, investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 10,17 triliun. Per November ini, tekanan jual asing mulai mereda dengan aksi jual mencapai Rp 0,52 triliun.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana, mengungkapkan salah satu daya tarik bagi investor asing berinvestasi adalah proyeksi bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang akan menurunkan suku bunga acuan pada tahun depan dan diharapkan bisa menggenjot valuasi pasar saham Indonesia. Hal tersebut juga mempertimbangkan valuasi harga saham dibanding rata-rata perolehan laba bersih perusahaan atau P/E rasio di BEI masih terbilang rendah di kisaran 13 sampai 13,5 kali.
Selain itu, hal lain yang bisa mendorong minat investor asing adalah kemungkinan emiten baru yang akan melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan jumlah kapitalisasi besar.
“Yang bikin investor asing terus masuk ke pasar kita karena masih banyak perusahaan yang akan IPO. Tahun ini ada enam perusahaan, ke depannya porsi asing itu kritis untuk pasar kita,” kata Oki, dalam acara Media Gathering Mandiri Sekuritas, Selasa (19/12) di Jakarta.
Oki menyampaikan, kecenderungan pelaku pasar asing datang dan pergi dari pasar Indonesia lebih dipengaruhi oleh sentimen geopolitik. Seiring dengan hal itu, Oki menegaskan pasar Indonesia masih menarik dibanding negara tetangga dengan emerging market. “Kalau saya lihat trennya ke depan asing masih akan tetap masuk ke market kita. Saya yakin itu akan lebih aktif lagi," kata dia.
Mandiri Sekuritas memperkirakan untuk tahun 2024, pada skenario paling bullish, IHSG ditaksir akan mencapai level psikologis 8.030. Oki meramalkan, pertumbuhan laba per saham atau EPS berada pada kisaran angka satu digit yang tinggi dengan potensi yield dividen memcapai 4%. Sementara itu, dukungan dari pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil di kisaran 4,5% hingga 5,3% yang mendukung ketahanan pasar modal sebagai pilihan investasi.
Ia memproyeksikan tahun depan sektor kesehatan, konsumer dan bahan baku akan tumbuh pada 2024. Tak hanya tiga sektor itu, sektor manufaktur bernilai tinggi seperti electric vehicle, lanjut Oki, diperkirakan juga akan terkerek karena industrialisasi dan hilirisasi. “Jadi semua sektor akan tumbuh, kita optimis mendukung potensi kinerja ekonomi nasional Indonesia,” ucap Oki.