Saham Toshiba, resmi dihapuskan dari daftar perdagangan pada hari Rabu (20/12) setelah 74 tahun tercatat di bursa Tokyo.
Mengutip Reuters, Kamis (21/12) Toshiba, yang merupakan salah satu raksasa elektronik Jepang, menghadapi pergolakan dan skandal selama satu dekade terakhir sehingga meruntuhkan reputasi perusahaan. Konsekuensinya, Toshiba diakuisisi oleh sekelompok investor yang dipimpin oleh Japan Industrial Partners (JIP), perusahaan ekuitas swasta.
Investor tersebut juga melibatkan perusahaan jasa keuangan Orix, perusahaan utilitas Chubu Electric Power, dan produsen chip Rohm. Akibatnya, masa depan Toshiba menjadi tidak pasti setelah diambil alih oleh konsorsium ini.
Pengambilalihan senilai US$ 14 miliar ini telah mengalihkan kepemilikan Toshiba ke tangan investor domestik hingga mengakhiri pertempuran panjang dengan investor aktivis dari luar negeri. Pertempuran ini telah mengganggu operasi perusahaan yang terlibat dalam produksi baterai, chip, serta peralatan nuklir dan pertahanan.
Di samping itu, dalam pernyataannya, Toshiba menyatakan bahwa mereka akan melangkah maju ke arah masa depan yang baru bersama pemegang saham baru. Selain itu, Toshiba menyampaikan apresiasi atas dukungan yang terus menerus dari para pemangku kepentingan.
Pada hari perdagangan terakhirnya, saham Toshiba ditutup di harga 4.590 yen atau turun tipis 0,1% dari hari sebelumnya.
Meskipun belum ada kejelasan mengenai arah yang akan diambil oleh Toshiba di bawah kepemilikan baru, Chief Executive Taro Shimada, yang akan tetap memimpin perusahaan setelah akuisisi ini, diperkirakan akan berfokus pada layanan digital yang memiliki margin keuntungan tinggi.
Dukungan yang diberikan oleh Japan Industrial Partners (JIP) kepada Shimada telah menggagalkan rencana sebelumnya untuk bekerja sama dengan dana yang didukung oleh pemerintah. Beberapa orang di industri ini mengemukakan bahwa opsi memisahkan Toshiba mungkin menjadi pilihan yang lebih baik.
Sedangkan menurut Kepala Riset Jepang di Macquarie Capital Securities, Damian Thong menyatakan bahwa kesulitan Toshiba pada akhirnya disebabkan oleh kombinasi keputusan strategis yang buruk dan nasib buruk.
“Saya harap bahwa dengan melakukan divestasi, aset-aset serta bakat-bakat manusia yang dimiliki oleh Toshiba dapat menemukan tempat baru di mana mereka dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal,” kata Thong, dikutip Reuters pada Kamis (21/12).
Seiring dengan hal itu, pemerintah Jepang akan terus mengawasi dengan seksama. Perusahaan ini mempekerjakan sekitar 106.000 orang dan beberapa operasinya dianggap sangat penting bagi keamanan nasional.
Empat eksekutif dari Japan Industrial Partners (JIP) akan menjadi bagian dari dewan direksi, ditambah dengan perwakilan masing-masing dari investor Orix dan Chubu Electric. Tim manajemen yang baru ini juga akan diperkuat oleh penasihat senior dari Sumitomo Mitsui Financial Group, salah satu pemberi pinjaman utama Toshiba.
Sementara Toshiba telah memulai langkah-langkahnya dengan bekerja sama bersama Rohm untuk menginvestasikan dana sebesar US$ 2,7 miliar dalam fasilitas manufaktur. Kemitraan ini bertujuan untuk memproduksi chip daya secara bersama.
Profesor Bisnis Jepang di University of California, San Diego, Ulrike Schaede mengatakan Toshiba perlu keluar dari bisnis dengan margin yang lebih rendah dan mengembangkan strategi komersial yang lebih kuat untuk beberapa teknologi canggihnya.
Ia mengatakan jika manajemen dapat menemukan cara efektif untuk melibatkan para insinyur dalam aktivitas inovasi yang menghasilkan terobosan, maka Toshiba berpotensi untuk menjadi pemain utama di industri.
“Mereka merupakan perusahaan yang memiliki keahlian dalam teknologi,” pungkas Schaede.