Market Cap BREN Lenyap Rp 388 T, Tak Lagi Tempati Posisi Nomor 2

Arief Kamaludin|KATADATA
Pengusaha nasional, Prajogo Pangestu.
15/1/2024, 08.48 WIB

Saham emiten geothermal milik taipan Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) longsor. Alhasil, posisi kapitalisasi pasar atau market cap BREN jatuh hingga menempati posisi nomor empat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (12/1).

Sedangkan sepanjang 2023 hingga awal perdagangan saham 2024, BREN terpantau masih menduduki posisi emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar nomor dua di BEI. Mengalahkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN).

Adapun pada penutupan perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat (12/1) saham BREN ditutup merosot 6,93% hingga ke level Rp 4.700 per saham, dengan market cap Rp 628,80 triliun. Angka market cap tersebut turun drastis sebanyak Rp 388 triliun dari sebelumnya tercatat Rp 1.016 triliun pada awal perdagangan saham, Selasa (2/1) lalu. Dengan demikian, saham BREN ambles hingga 34,95% secara mingguan.

Di samping itu, saham emiten bank milik Grup Djarum yang dikuasai duo Hartono, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA masih kuasai pucuk market cap BEI. Saham BBCA ditutup menguat 1,31% ke level Rp 9.700 per saham, dengan market cap Rp 1.183 triliun.

Sementara konglomerat asal Indonesia, Prajogo Pangestu kini sudah tak lagi masuk jajaran 30 orang terkaya di dunia. Berdasarkan Forbes Real Time Billionaire pada Senin (15/1), nilai kekayaan bersihnya kini tercatat US$ 37,6 miliar atau setara dengan Rp 584,92 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.556 per dolar AS.

Dengan demikian, ia menempati posisi ke-36 sebagai orang terkaya di dunia. Sebelumnya, Prajogo masuk ke dalam jajaran 25 orang terkaya di dunia. Meskipun kekayaannya merosot, tetapi ia masih bertengger jadi orang nomor satu terkaya di Indonesia.

Kekayaan bersihnya mengalahkan harta pemilik Bayan Resources, Low Tuck Kwong US$ 27,8 miliar atau senilai Rp 432,46 triliun. Tak hanya itu, kekayaan Prajogo juga lebih tinggi dari duo pemilik Grup Djarum, R. Budi Hartono US$ 26,4 miliar dan Michael Hartono US$ 25,3 miliar.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila