Indeks saham utama di Amerika Serikat (AS), Wall Street mengakhiri sesi perdagangan di zona hijau pada Jumat (17/1) kemarin. Indeks S&P 500 mencapai level tertinggi sepanjang masa sebab investor kembali membeli saham setelah pasar terkoreksi pada awal tahun baru.
Indeks S&P 500 menanjak sebesar 1,23%, mencapai 4.839,81 poin, melampaui rekor intraday dan penutupan tertinggi sejak Januari 2022. Dow Jones Industrial Average juga naik 1,05%, atau 395,19 poin, mencapai 37.863,80 poin. Sementara itu, Nasdaq Composite menguat 1,70% menjadi 15.310,97 poin dan indeks Nasdaq-100 yang berfokus pada teknologi melesat 1,95% hingga mencapai rekor tertinggi.
Ketiga indeks utama saat ini menunjukkan performa positif untuk 2024, dengan 30 saham Dow mengalami kenaikan selama reli pada hari Jumat.
Setelah anjlok sebanyak 19% pada 2022 lalu, pada 2023, S&P 500 kembali pulih dengan melesat sebesar 24%. Peningkatan tersebut terjadi sebab ekonomi berhasil menghindari perkiraan resesi dan turunnya inflasi ke tingkat yang memungkinkan Federal Reserve untuk menghentikan sementara kenaikan suku bunga.
Meskipun S&P 500 hampir mencapai rekor setelah reli kuat di kuartal keempat, tetapi akhirnya tidak tercapai. Pada awal 2024, reli pasar mengalami sedikit henti karena investor mengambil keuntungan dari saham-saham big tech seperti Apple.
Namun, dalam beberapa hari terakhir, para investor kembali membeli saham-saham teknologi tersebut. Pencapaian pada hari Jumat memperlihatkan bahwa pasar saham secara resmi berada dalam tren bullish yang dimulai pada Oktober 2022. Hal ini bukan hanya sebagai pemantulan dalam tren bearish. Sejak titik terendahnya, S&P 500 telah melesat lebih dari 35%.
"Dalam benak investor, (perusahaan) yang memimpin dalam bidang AI atau memiliki rangkaian produk yang berbeda di bidang teknologi, sangat kuat memimpin pasar. Hal ini telah menjadi gelombang yang terus berlanjut sepanjang sisa tahun lalu hingga 2024," ujar Matt Stucky, kepala manajer portofolio di Northwestern Mutual Wealth Management, dikutip CNBC pada Senin (22/1).
Tak hanya itu, sektor teknologi mencatat kenaikan sebesar 2,35% pada hari Jumat dan naik lebih dari 4% dalam seminggu. Saham teknologi mencatatkan kinerja terbaik di S&P 500 hingga saat ini. Dengan demikian, kata Stucky, patut dipertanyakan apakah The Fed dapat melakukan soft landing atau tidak. Dia menyoroti bahwa pendorong pertumbuhan S&P 500 pada 2023 lalu terkait dengan kelipatan, bukan pendapatan.
"Kenaikan multiples muncul dari perlambatan ekonomi, karena investor memperkirakan adanya pemulihan. Jika pemulihan itu tidak terwujud, maka Anda harus mempertanyakan keberlanjutan untuk tidak hanya mempertahankan level tertinggi baru, tetapi juga membuat level tertinggi baru di luar itu," tambah Stucky.
Seiring dengan hal itu, data terbaru konsumen menunjukkan peningkatan kepercayaan terhadap ekonomi dan kekhawatiran terhadap inflasi cenderung menurun. Berdasarkan hasil survei Konsumen Universitas Michigan menunjukkan, terjadi lonjakan sebesar 21,4% dibandingkan tahun sebelumnya hingga mencapai level tertinggi sejak Juli 2021.
Selain itu, perusahaan asuransi Travelers juga terapresiasi sebesar 6,7% setelah mengumumkan hasil laba yang positif. Schlumberger juga menguat 2,2% setelah berhasil melampaui ekspektasi laba bersih. Sementara itu, Ally Financial melonjak lebih dari 10% setelah melaporkan hasil kuartal yang kuat dan penjualan unit bisnis ke Synchrony Financial.