Harga Bitcoin (BTC) masih berfluktuasi setelah turun selama dua minggu terakhir, seiring langkah beberapa investor yang menjualnya. Penjualan marak dilakukan pasca peluncuran ETF Bitcoin awal bulan Januari 2024.
Harga Bitcoin terakhir kali mencapai US$ 38.900, turun 20,6% dari level tertinggi sekitar US$ 49.000 yang terjadi pada 11 Januari setelah SEC menyetujui ETF Bitcoin.
Berdasarkan Coinmarketcap pada Jumat (26/1) pukul 15.15 WIB, harga BTC ada di US$ 40.082 turun 0,07% dalam sehari.
Kerugian ini telah menghapus sebagian dari kenaikan besar yang terjadi akhir tahun lalu, saat banyak yang berharap peluncuran ETF akan menarik lebih banyak investor ke Bitcoin.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menganggap harga Bitcoin saat ini sangat penting di US$ 40.000 dan banyak yang khawatir bahwa pasar bearish akan berlanjut hingga halving pada bulan April.
"Penjualan besar-besaran oleh FTX melalui Grayscale dan kondisi pasar kripto yang belum positif telah mempengaruhi harga Bitcoin. Terdapat juga rumor bahwa FTX sedang menjual GBTC senilai US$ 900 juta, yang mungkin menjadi penyebab penurunan harga," jelasnya dalam keterangan resmi dikutip Jumat (26/1).
Selain itu, pada akhir bulan ini, Bitcoin akan menghadapi volatilitas kondisi makroekonomi karena data ekonomi Amerika akan dipublikasikan. Data ini mencakup PDB kuartalan dan data inflasi Personal consumption expenditures (PCE). Jika kedua data ini positif, Dolar AS mungkin akan menguat secara sementara, mempengaruhi pergerakan Bitcoin.
Ketidakpastian terkait data ekonomi ini juga membuat sulit untuk memprediksi pemulihan harga Bitcoin dalam waktu dekat. Ada kemungkinan harga Bitcoin akan tetap berada di sekitar US$ 40.000 hingga Februari 2024.
"Sehingga untuk saat ini belum ada kepastian terkait pemulihan karena masih banyaknya ketidakpastian di pasar. Kemungkinan besar tujuan saat ini berada pada US$36.000 jika kondisi pasar masih terus memburuk menjelang Februari nanti," ucap Fyqieh.
Saat ini, arah pergerakan harga Bitcoin sangat bergantung pada penutupan grafik mingguan yang sedang berlangsung. Grafik tersebut telah menunjukkan bahwa harga Bitcoin telah menembus batas bawah konsolidasinya yang kuat di sekitar US$ 40.000, menunjukkan kemungkinan volatilitas lebih lanjut di bawah angka tersebut, bahkan berpotensi turun hingga ke US$ 36.000.
Kejelasan mengenai tren harga ini diperkirakan akan muncul minggu depan, terutama setelah pengumuman kebijakan suku bunga dari The Fed di akhir Januari. Jika terdapat berita positif dan harga BTC berhasil kembali di atas US$ 40.000, maka ada peluang bagi Bitcoin untuk memulihkan posisinya dan kembali bergerak naik dalam kisaran konsolidasinya antara US$ 40.000 dan US$ 44.000.
“Para trader dan investor cenderung menunggu situasi menjadi lebih pasti karena saat ini Bitcoin berada dalam kondisi yang sangat tidak stabil dengan volume transaksi yang menurun,” katanya.
Ekosistem Bitcoin
Tim riset Bittime menyatakan ekosistem Bitcoin diperkirakan bakal mengalami peluang pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2024. Hal itu berkaitan dengan tren ekonomi makro dan mikro, serta prediksi pertumbuhan Bitcoin sebagai aset kripto terbesar.
“Salah satunya yang diprediksi adalah pertumbuhan aset kripto populer seperti Bitcoin (BTC) dan Ordinals (ORDI). Salah satu faktor penting terkait dengan Lightning Network sebagai dukungan teknologi utama untuk adopsi pembayaran Bitcoin yang lebih luas,” ujar CEO Bittime Ryan Lymn dalam keterangan resmi, Jumat (26/1).
Tim riset Bittime menilai ORDI, salah satu memecoin populer di jaringan Bitcoin, berpotensi memiliki pertumbuhan eksponensial. Protokol Ordinals, yang memasukkan data ke dalam transaksi Bitcoin, menghadirkan hal baru karena meningkatnya penggunaan dan kompleksitas ruang blockchain.
Terdapat juga peningkatan signifikan dalam pendapatan penambang Bitcoin karena protokol Ordinals. Pendapatan dari biaya on-chain telah mengalami peningkatan yang signifikan, memperkuat dukungan untuk kelas aset BRC-20 dan ekosistem Bitcoin secara keseluruhan.
Namun, kendati potensi Lightning Network untuk pemrosesan transaksi yang hampir instan mendukung pertumbuhan, perlu dicatat adanya kompleksitas yang terlibat dalam manajemen channel, yang dapat menghambat adopsi pembayaran Bitcoin yang lebih luas.
Tak hanya itu, terdapat potensi hambatan lain dalam pertumbuhan ekosistem. Hal itu terkait skalabilitas Bitcoin yang terbatas dan sikap konservatif pengembang intinya sebagai kemungkinan hambatannya.