PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) besok, Rabu (7/2). 

Emiten sektor energi ini mematok harga IPO Rp 272 per lembar. Nilai ini merupakan batas tengah dari harga bookbuilding di rentang Rp 268 - 278 per lembar. ALII melepas maksimal 3,16 miliar saham atau 20% baru. Sehingga dari aksi korporasi ini, perseroan bisa meraup dana segar sebanyak Rp 879,91 miliar.

Analis Reliance Sekuritas, Ayu Dian melihat bahwa emiten sektor energi yang terafiliasi dengan Grup Bakrie itu memiliki anak usaha yang baru saja diakuisisi, tetapi memiliki banyak utang dalam dolar. Berdasarkan analisisnya, ia menyebut bahwa dalam kasus IPO refinancing, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan.

Meskipun IPO refinancing dapat memberikan keuntungan, kata Ayu, pasar perlu memperhatikan apakah refinancing akan meningkatkan kinerja perusahaan atau tidak. 

Refinancing merupakan kegiatan pendanaan ulang yang menghasilkan keuntungan lebih bagi penerima dana.  Di samping itu, ia berpesan investor perlu mempertimbangkan dengan hati-hati karena harga saham atau valuasi ALII cenderung lebih tinggi daripada perusahaan lain. 

Adapun pemegang saham ALII setelah IPO, yakni PT Graha Adika Niaga sebanyak 32,87%, Solomed Capital Pte Ltd 31,58%, PT Borneo Logistik Indonesia 11,02%, Nalinkant Amratial Rathod 2,11%, Aninditha Anestya Bakrie 2,42%, dan masyarakat sebanyak 20%. Adapun permodalan, pengendali dan susunan pemegang saham ALII yakni Aburizal Bakrie sebanyak 99,90% dan Aninditha Anestya Bakrie 0,10%.

Meskipun ada sentimen terkait Grup Bakrie, Ayu menegaskan bahwa pengaruh dari nama Bakrie seharusnya diabaikan, dan sebaiknya fokus pada fundamental perusahaan.  Ia menyebut apabila perusahaan memiliki liabilitas yang tinggi dan kinerja keuangannya buruk, hal tersebut mungkin tidak menarik bagi investor jangka panjang. Meskipun demikian, Ayu mengatakan trader jangka pendek bisa manfaatkan saham ALII.

“Dalam jangka pendek mungkin dapat diambil lah cuan-cuannya,” kata Ayu saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (5/2).

Apabila menilik laporan keuangannya, laba neto perseroan untuk periode delapan bulan yang berakhir pada 31 Agustus 2023 adalah sebesar Rp 166,12 miliar meningkat Rp 93,21 miliar atau 127,87% dibandingkan dengan periode delapan bulan yang berakhir pada 31 Agustus 2022 sebesar Rp 72,9 miliar.

Sementara dana hasil IPO saham yang akan diterima oleh perseroan, setelah dikurangi biaya-biaya emisi yang berhubungan dengan penawaran umum, seluruhnya akan digunakan sebagai berikut: 

  1. Sebesar 75% akan digunakan untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan anak, yaitu MCT. Di mana dana tersebut akan digunakan oleh MCT untuk pembayaran sebagian atau pelunasan pokok utang MCT kepada OCP Asia Fund IV (SF 1) Pte. Limited dan OCP Asia Fund V (SF 1) Pte. Limited. 
  2. Sekitar 20,64% akan digunakan untuk belanja modal guna menunjang kegiatan usaha utama perseroan, yaitu untuk pembelian tongkang sungai.  Secara rinci, sebesar 46,62% akan digunakan untuk pelunasan seluruh angsuran atas pembelian delapan buah tongkang sungai dan biaya pengiriman atau penarikan tongkang sungai tersebut yang akan dikapitalisasi. Lalu 53,38% akan digunakan untuk pembayaran atas seluruh nilai pembelian tujuh buah tongkang sungai yang akan dibeli dari pihak ketiga.
  3. Sisanya akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja dalam rangka menunjang kegiatan operasional perseroan. Hal itu termasuk dan tidak terbatas untuk pembelian bahan bakar, pembayaran jasa operator kapal, pembayaran jasa keamanan, pembayaran jasa operator alat berat dan lainnya. 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila