Harga aset kripto Bitcoin mencapai level $50.000 atau senilai Rp 778 juta per kepingnya. Ini merupakan level harga tertinggi untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.
Kenaikan harga aset kripto terbesar di dunia didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral lebih lanjut tahun ini dan otoritas bursa AS yang menyetujui pertama kalinya dana investasi yang diperdagangkan di bursa atau ETF menggunakan bitcoin.
Cryptocurrency telah naik 16,3% sejauh tahun ini, pada hari Senin menyentuh level tertingginya sejak 27 Desember 2021. Harga Bitcoin naik 4,96% pada hari itu menjadi $49.899, setelah berfluktuasi di sekitar level $50.000.
"$50.000 adalah tonggak penting bagi Bitcoin setelah peluncuran spot ETF bulan lalu tidak hanya gagal untuk menimbulkan pergerakan di atas level psikologis kunci ini tetapi menyebabkan penjualan sebesar 20%," kata Antoni Trenchev, salah satu pendiri platform pemberian pinjaman kripto Nexo, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (13/2).
Saham kripto juga mendapat dorongan pada hari Senin, dengan bursa kripto Coinbase naik 4,9% dan penambang kripto Riot Platforms dan Marathon Digital masing-masing naik 10,8% dan 11,9%. Saham perusahaan perangkat lunak MicroStrategy, salah satu pembeli bitcoin yang mencolok juga naik 10,2%.
Sementara itu, harga Ethereum, cryptocurrency terbesar kedua, naik 4,12% menjadi $2.607,57.
Indeks saham global juga sedikit naik pada hari Senin, karena pelaku pasar mencari petunjuk kapan Federal Reserve AS mungkin mulai memangkas suku bunga. Analis dan harapan pasar keuangan keduanya menunjukkan Mei sebagai awal potensial untuk pemangkasan suku bunga tahun ini.
"Pendorong utama di balik apresiasi harga bitcoin baru-baru ini dapat diatribusikan kepada aliran masuk yang meningkat ke dalam ETF spot BTC," kata Matteo Greco, seorang analis riset di perusahaan investasi fintech Fineqia International, dalam catatan riset.