Dana kelolaan atau asset under management (AUM) dari investasi pasif konsisten mengalami peningkatan. Tercatat, arus dana pengelolaan dana investasi pasif secara global antara tahun 2013 hingga 2022 konsisten mengalami kenaikan.
Sejak tahun 2013, pengelolaan dana investasi pasif secara global yang terdiri dari Reksa Dana Indeks dan ETF, telah menghimpun US$ 7,2 triliun. Lebih tinggi dibandingkan dengan US$ 0,9 triliun untuk pengelolaan dana investasi secara aktif.
Sebagai catatan, investasi pasif adalah strategi investasi investor atau manajer investasi untuk tidak secara aktif mencoba mengalahkan pasar atau indeks, melainkan mencoba mencerminkan kinerja pasar secara keseluruhan atau indeks tertentu. Contoh umum dari investasi pasif adalah Reksa Dana Indeks.
Sebagai bentuk reksa dana yang dirancang untuk mereplikasi kinerja indeks tertentu, jenis Reksa Dana ini tidak terlalu banyak melibatkan keputusan aktif dalam pemilihan saham atau obligasi. Sebaliknya, tujuannya adalah mencerminkan atau mengikuti perubahan kinerja indeks acuan.
Direktur PT Insight Investments Management (Insight IM), Ria Meristika Warganda menyatakan bahwa tren peningkatan dana kelolaan investasi pasif secara global terus meningkat. Peningkatan itu didorong biaya manajemen yang cenderung rendah, kinerja yang cenderung konsisten dengan indeks, pendekatan yang cenderung lebih sederhana dan mudah dipahami, serta cocok untuk investor dengan tujuan jangka panjang.
“Reksa dana indeks yang dikelola secara pasif dapat menjadi alternatif investasi untuk mengungguli IHSG,” ujar Ria dalam keterangan resmi, Selasa (20/2).
Selanjutnya, kata Ria, dalam memilih produk Reksa Dana Indeks penting bagi investor untuk mempertimbangkan beberapa aspek.
“Ketika investor memilih investasi pasif melalui reksa dana indeks, sangat penting untuk memilih produk reksa dana yang memiliki kinerja historikal yang unggul, memiliki track record kemampuan recovery pasca krisis, serta potensi return yang baik ke depannya. Terlebih lagi, investor bisa turut mempertimbangkan added value yang dimiliki,” jelas Ria.
Ia menyampaikan bahwa saat ini para investor, terutama dari kalangan generasi milenial dan Z, semakin peduli dengan investasi yang memiliki added value. Misalnya saja berdampak sosial dan lingkungan atau memenuhi prinsip lingkungan, sosial, dan tata Kelola. Insight IM telah merespon tren ini dengan mengenalkan produk Reksa Dana Indeks Insight SRI-KEHATI Likuid.
Untuk diketahui, Indeks Socially Responsible Investment SRI–KEHATI dibentuk dengan referensi Principle for Responsible Investment (PRI) dari United Nations (PBB). Indeks SRI-KEHATI melakukan seleksi atas emiten-emiten saham dengan berbasis pada prinsip SRI (socially responsible investment) dan ESG (environmental, social, and governance).
“Reksa Dana Insight SRI-KEHATI Likuid bisa menjadi pilihan bagi investor yang tertarik untuk memilih investasi dengan basis prinsip ESG dan dengan strategi pasif. Reksa dana ini memiliki performa historis mengungguli indeks saham lainnya seperti MSCI Indonesia, LQ45, dan IDX30 dalam periode 1, 3, dan 5 tahun,” katanya.
Selain itu, kata Ria, Reksa Dana Insight SRI-KEHATI Likuid juga memiliki kemampuan recovery pasca krisis yang lebih baik dibandingkan dengan IHSG dan indeks SRI-KEHATI sendiri.
“Sejak peluncurannya, Reksa Dana Insight SRI-KEHATI Likuid mengalami 2 kali periode krisis, yakni pada 2018 dan 2020. Terbukti, kinerja produk reksa dana ini tercatat lebih unggul dibandingkan IHSG 1 dan 3 tahun pasca titik terendahnya,” ujar ia.
Seperti produk Reksa Dana Insight IM lainnya, Insight SRI-KEHATI Likuid memiliki program kontribusi sosial yang bekerja sama dengan Yayasan KEHATI dalam menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia.