Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI diproyeksikan bisa menembus level harga Rp 2.700 per lembar saham. Proyeksi itu seiring langkah perseroan yang menjaga kinerja fundamentalnya.
Analis pasar modal dari BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano mengatakan, proyeksi target harga Rp 2.700 untuk saham BRIS karena mempertimbangkan pertumbuhan BSI ke depan. Hal itu ditopang oleh peran BSI sebagai bank syariah terbesar di Tanah Air.
Secara fundamental BSI memiliki pertumbuhan pembiayaan di atas rerata industri. Kemudian, pendanaan BSI berbiaya lebih murah. Perseroan pun mampu melakukan efisiensi biaya yang semakin baik.
“Dengan faktor tersebut kami memperkirakan pertumbuhan laba bersih per saham mencapai 15% per tahun untuk 2024-2025,” ucap Victor dalam risetnya dikutip Kamis (22/2).
Sementara pada perdagangan Kamis (22/2) pukul 10.50 WIB, harga saham BRIS terpantau tengah naik 0,4% ke Rp 2.450 per saham. Adapun saham BRIS menjadi one of the best performer stock secara year to date (ytd) karena tumbuh 40,8%. Harga saham BRIS sebelumnya pernah menyentuh level tertingginya di Rp 2.500 per saham.
‘’Kenaikan saham BRIS sejalan dengan pasar yang juga hijau di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.352,6 atau terapresiasi 0,77%,’’ kata Head of Investor Relation PT Bank Syariah Indonesia Tbk Rizky Budinanda secara terpisah.
Indeks Financial pada periode hari yang sama juga positif dengan pertumbuhan 1,24% dan secara ytd sektor finansial telah tumbuh 5,11%. Selain itu, terdapat pula foreign inflow dengan posisi net buy mencapai Rp 1,41 triliun.
Investor asing tercatat telah melakukan net buy selama delapan hari perdagangan berturut-turut sejak enam Februari 2024 dengan total sekitar Rp 12,12 triliun.
Adapun aliran dana asing ke bursa juga telah terlihat sejak awal tahun dengan total mencapai Rp 22,3 triliun. Kondisi pasar tersebut juga tercermin di dalam komposisi kepemilikan saham institusi di saham BSI yang diperdagangkan mendominasi dengan angka 76,2% di mana sekitar 48% merupakan kepemilikan saham oleh institusi asing.
Di sisi lain, kinerja saham BRIS yang menghijau seiring pula dengan kinerja fundamental industri perbankan nasional yang moncer sepanjang 2023, termasuk BSI. Hal tersebut setidaknya bisa dilihat dari kinerja fundamental induk usaha BRIS, yaitu BMRI yang mencatatkan laba bersih Rp 55,06 triliun. BBRI sebesar Rp 60,1 triliun dan BBNI Rp 21 triliun.
Semenatara BRIS seperti diketahui pada 2023 membukukan laba Rp 5,7 triliun. Dengan demikian, BRIS pun semakin mendapatkan kepercayaan investor, terlebih dari luar negeri. Di mana net buy foreign terhadap BRIS pada periode perdagangan yang sama menembus Rp 45,07 miliar.
Lewati Target Harga
Rizky pun menyebut, dengan level tersebut, maka harga baru BRIS telah melewati target harga konsensus para analis pasar modal yang dirangkum Bloomberg yaitu sebesar Rp 2.475. Bahkan sebanyak 12 lembaga analis yang menerbitkan coverage mengenai BRIS, telah merekomendasikan beli atas saham BSI.
“Target harga konsensus tersebut telah naik dari sebelumnya sekitar Rp 2.100 di mana upgrade tersebut sejalan dengan makin kuatnya kinerja BSI. Terutama setelah publikasi laporan keuangan (kinerja fundamental) pada 1 Februari 2024,” kata Rizky.
Kenaikan harga saham BRIS juga sejalan dengan pertumbuhan saham bank besar seperti BBCA yang naik 1,52%, BBRI yang naik 3,28%, BBNI yang naik 2,55% sementara BMRI berada dalam posisi sideway ditutup pada harga Rp 7.150 pada periode yang sama.
Seperti diketahui, dengan raihan bottom line pada 2023 menempatkan BSI di peringkat kelima bank dengan laba terbesar di Tanah Air, dari total bank nasional yang telah mempublikasikan kinerja keuangannya. BSI merupakan emiten bank yang mencatatkan pertumbuhan laba signifikan pada 2023 yaitu 33,8% dengan total aset Rp 353,62 triliun.